Sepatah Kata

SEPATAH KATA SEMANIS KURMA...

Seperti halnya kereta dengan gerbong-gerbongnya yang panjang, kehidupanku pun demikian. Diantara gerbong-gerbong hidupku mungkin ada kamu--my beloved family, my dearest friend yang membuat kereta kehidupan-ku menjadi penuh arti dan sesak dengan canda dan tawa. Untuk Cintaku, aku akan selalu menemanimu dan terus mendukungmu sampai kapanpun, sampai bila-bila, dan untuk keluargaku nun jauh di Indonesia (Jakarta dan di Lampung) one day we will meet again I promise, dan untuk sahabat-sahabatku tetaplah jadi temanku yang selalu menemaniku anytime anywhere.

Kereta kehidupan akan bertutur tentang diriku, dan kehidupanku disini, di negara yang masih baru bagiku Malaysia, di sebuah negeri yang terkenal dengan pantai timurnya, dengan hutan tropikalnya yang cantik, serta laut-lautnya yang tetap dibina semula jadi (natural), yah negeri Pahang Darul Makmur dengan bandar (ibukota) Kuantan, bersama suami dan anak-anakku tercinta.

Dan untuk teman-teman dunia mayaku yang baru aku kenal, salam kenal ya... mudah-mudahan kita bisa menjadi teman juga ya... *_^


Daisypath Anniversary tickers

Rabu, 14 Maret 2012

Ichiro dan Rasa Takut!


Anakku yang nomor dua takut sekali dengan binatang, bukan satu binatang saja tapi semua binatang rasa-rasanya. Mulai dari kucing sampai yang paling besar gajah. Saya jadi teringat ketika usianya menginjak dua tahun. Kala itu, saya sedang membacakan untuknya sebuah buku greetings yang diilustrasikan dengan gambar hewan. Dan dia langsung menjerit ketakutan dan melempar bukunya ketika menjumpai gambar ular. Yah ular memang binatang yang menjijikkan dan menakutkan. Jadi saat itu aku pikir wajar saja.

Hari berganti hari, dan tahun demi tahun pun berlalu. Ternyata ketakutannya dengan binatang peliharaan masih membekas. Dia tidak akan berani menyentuh sama sekali kucing tetangga yang kebetulan sering mampir ke halaman belakang rumah kami untuk segelas susu. Begitu pun ketika kami ajak anak-anak ke Zoo Negara di Kuala Lumpur, dia seakan-akan menjaga jarak dan tidak mau posisi badannya dekat dengan pembatas pagar Singa, kebetulan kami melewati zona hewan liar. Dia takut sekali dan sesekali meminta diriku agar menepi ke belakang karena khawatir singa itu akan melompat melintasi sungai di depan kami dan memintaku segera menjauhi kandang Singa itu.

Namun demikian, disisi yang lain, Ichiro yang tahun ini genap 6 tahun usianya, paling suka membaca buku ensiklopedi tentang berbagai macam hewan, mulai dari hewan peliharaan, hewan ternak, hewan hutan, hewan laut, hewan mamalia, burung-burung, sampai kepada hewan liar. Dia begitu asyik tenggelam dengan hewan-hewan itu dan selalu bertanyakan hewan apakah itu dan apa kebolehannya.

Saya jadi heran sendiri dengan rasa takutnya itu terhadap hewan. Saya jadi mengingat-ingat apa kiranya yang menyebabkan dia begitu takut mendekati hewan peliharaan dan cukup senang dengan hanya memandang dari kejauhan. Pelan-pelan dan samar-samar ingatan saya kembali lagi ke zaman kanak-kanaknya, ketika dia masih berumur 2 tahun. Kebetulan saya sering mengajaknya ke rumah neneknya yang jaraknya dari tempat tinggal kami cukup dekat. Ketika bersama-sama dengan nenek atau kakeknya menyusuri taman di depan rumah kakek dan nenek seringkali berpapasan dengan kucing-kucing liar yang tak bertuan. Alhasil, sang nenek yang merasa sayang dengan cucu dan tidak ingin tangan cucunya nanti kotor karena memegang kucing, maka neneknya pun selalu berkata : "Jijik ih jijik, takut ih takut.." kurang lebih begitulah kalimatnya. Awalnya saya ingin protes kepada mama saya tapi itu tidak saya lakukan. Sekembalinya ke rumah, akhirnya saya pun melakukan hal yang sama seperti yang mama saya katakan saat berjumpa dengan kucing-kucing liar tak bertuan itu. Dan spontan, Ichiro pun menjadi takut setiap kali berjumpa kucing atau hewan-hewan lainnya. Hingga kini.

Lain halnya dengan adiknya, Adul, yang berumur hampir 2 th itu. Anak ini tidak takut sama sekali dengan kucing. Kucing-kucing tetangga yang jumlahnya hampir selusin itu mondar mandir datang ke halaman belakang rumah kami untuk segelas susu yang diberi oleh Adul. Adul sangat sayang dengan kucing tetangga. Dia pun tidak merasa takut sama sekali untuk menyentuhnya. Pesanku hanya satu kepadanya, cuci tangan setelahnya.

Jika waktu bisa kembali tentu saya tidak akan mengulangi perbuatan bodoh saya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar