Sepatah Kata

SEPATAH KATA SEMANIS KURMA...

Seperti halnya kereta dengan gerbong-gerbongnya yang panjang, kehidupanku pun demikian. Diantara gerbong-gerbong hidupku mungkin ada kamu--my beloved family, my dearest friend yang membuat kereta kehidupan-ku menjadi penuh arti dan sesak dengan canda dan tawa. Untuk Cintaku, aku akan selalu menemanimu dan terus mendukungmu sampai kapanpun, sampai bila-bila, dan untuk keluargaku nun jauh di Indonesia (Jakarta dan di Lampung) one day we will meet again I promise, dan untuk sahabat-sahabatku tetaplah jadi temanku yang selalu menemaniku anytime anywhere.

Kereta kehidupan akan bertutur tentang diriku, dan kehidupanku disini, di negara yang masih baru bagiku Malaysia, di sebuah negeri yang terkenal dengan pantai timurnya, dengan hutan tropikalnya yang cantik, serta laut-lautnya yang tetap dibina semula jadi (natural), yah negeri Pahang Darul Makmur dengan bandar (ibukota) Kuantan, bersama suami dan anak-anakku tercinta.

Dan untuk teman-teman dunia mayaku yang baru aku kenal, salam kenal ya... mudah-mudahan kita bisa menjadi teman juga ya... *_^


Daisypath Anniversary tickers

Kamis, 09 Desember 2010

HIJRAH DIRI

Kemarin ketika saya menghadiri majlis liqo yang biasa saya hadiri di setiap Rabu itu, seorang temanku, yang juga seorang bunda dari kedepalan anaknya memberikan tausiah kepada kami yang datang ke majlis itu. Tema hari itu adalah mengenai Hijrah, tentunya tema itu adalah tema yang masih hangat karena  berkaitan dengan pergantian tahun baru dalam kalender islam atau lebih dikenal dengan 1 Muharam (7 Desember 2010) yang baru saja lewat beberapa hari lalu..

Dalam sejarahnya Hijrah ini bermula dari perpindahan Baginda Rasul Muhammad Saw dari Mekah kota kelahirannya ke Madinah atas perintah Allah Swt. Pengejawantahannya dalam sehari-hari, makna hijrah ini tidak sesempit arti harfiahnya yang berarti pindah. Melainkan lebih kepada aplikasi makna hijrah itu sendiri dalam kehidupan kita sebagai makhluk Allah di muka bumi ini. Sebagaimana Allah menyeru hambaNya agar kita menjadi sosok manusia yang lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Dan janganlah kita menjadi golongan orang-orang yang merugi karena hari ini tidak lebih baik dari hari kemarin. Astaghfirullah.
.
Pagi ini, sekitar pukul 6.30 pagi hari waktu malaysia atau lebih tepatnya pukul 5.30 waktu indonesia bagian barat, saya mendapati suatu ceramah pagi hari yang sangat menggelitik saya sehingga saya tidak menggantinya dengan talian yang lain. Tema ceramah pagi ini adalah mengenai Hijrah Diri Utama Keluarga. Bahwa kita perlu senantiasa memperbaiki diri setiap hari dalam rangka membentuk keluarga yang harmonis dan melahirkan anak-anak yang sholeh. Dalam setiap aspek kehidupan, kita hendaknya mengamalkan hijrah diri: hijrah bagaimana mendidik anak dengan cara yang baik, hijrah mencari ilmu agama yang bermanfaat bagi diri sampai kepada hijrah bagaimana mencari rizki yang halal dan barakah. Kurang lebih begitulah yang saya tangkap. Subhanallah.

Ustadzah tadi menyampaikan bahwa dalam rizki halal sekalipun terkadang masih terdapat yang haram, apakah itu? yaitu apabila dalam bekerja kita seringkali melalaikan pekerjaan kita dan tanggungjawab kita sebagai pekerja semisal kita datang dan pulang dari tempat kerja tidak sesuai dengan waktu yang seharusnya. Banyak dari kita merasa yang penting pekerjaan beres dan tidak terbengkalai, jadi boleh2 saja balik pulang lebih cepat atau mencari pekerjaan sampingan yang lain. Banyak dari waktu kita di tempat kerja justru dihabiskan dengan berfacebookan ria. Apakah perusahaan membayar waktu kita untuk berfb-an? Apakah ini juga merupakan salah satu korupsi waktu? saya sendiri pun tidak berani menjawabnya langsung. Namun jauh di dalam lubuk hati saya menjawab ya. Hal-hal seperti itulah yang ustadzah tadi sampaikan kepada pemirsa di rumah bahwa suatu rizki yang halal bisa mendatangkan ketidakbarakahan.

Saat ini masyarakat Jakarta khususnya dikagetkan dengan berita penyalahgunaan jabatan yang dilakukan seorang pekerja di level bawah pns yang mengakibatkan seorang pekerja tersebut menerima sejumlah uang yang tidak terhitung banyaknya.. Mungkin ada banyak dari kita mengutuknya, menyumpahinya bahkan menginginkannya di hukum mati di atas perbuatannya itu. Masalah ini nampak jelas di permukaan dan menjadi pembicaraan ramai baik di berbagai media, hal ini karena  berkaitan dengan uang yang secara fisiknya dapat disentuh dan terlihat. Namun bagaimana dengan waktu? waktu yang kita gunakan bukan untuk bekerja boleh menjadi salah satu jenis korupsi baru, yang kalau boleh dihitung per tahun akan mendapat bilangan yang besar yang kalau dikalkulasikan kepada biaya per jam per hari seorang pekerja itu dibayar, maka sejumlah itulah nilai korupsi yang telah kita lakukan. Astaghfirullah al adzimmm. Saya jadi merinding kalau mendapati kenyataan itu.

Saya terpaku menyimaknya. Saya benar2 meresapinya. Sungguh banyak kesilapan-kesilapan yang kita buat sehari-hari tanpa disengaja tentunya. Seringkali kita sebagai istri meminta suami kita pulang cepat tanpa alasan semata-mata agar anak-anak senang saja, seringkali kita menyuruhnya untuk berangkat kerja agak siangan agar waktu dia bersama keluarga lebih banyak lagi, dan masih banyak lagi kesilapan2 seorang istri yang dilakukan untuk keluarga. Semoga Allah SWT senantiasa memberi ampunan yang sebesar-besarnya atas segala dosa dan khilaf yang kita perbuat. Dan semoga kita menjadi makhluk yang lebih baik lagi di mata Allah SWT. Sesungguhnya sebagai makhluk ciptaaNya, kita akan kembali kepadaNya dan tentunya kita menginginkan kembali dalam keadaan yang bersih.

Selamat Tahun Baru Islam, semoga Allah menjadi kita insan yang lebih baik dari hari ke hari.
 Amin Ya Robbal Alamin...

Salam,

Anakku pandai...

Ini adalah tentang Ichiro.
Semalam kami, aku, suamiku dan ichiro anakku nomor 2 tengah menyaksikan satu tayangan magic di televisyen. Ceritanya ada seorang magician tengah memperlihatkan dirinya yang bisa terbang (melayang di udara) dihadapan orang ramai. Semua orang terperanjat. Begitupun dengan dirinya.

"Mama, orang itu boleh terbanglah.., MAGIC...!!!", ucapnya dengan penuh ekspresi tanda tanya.
"Iya ya?? bagaimana ya dia boleh terbang?", tanyaku padanya dengan keheranan.
"Hmmm, kali ada asap di bawah kakinya...", sahutnya spontan..
"Atau ada angin di bawah kakinya, ma...", tambahnya lagi.
"Atauuu... ada roket di bawah kakinya, ma !!!."
"Bukan magiclah kalau gitu..., iya bukan magiclah..." katanya membantah pernyataannya sendiri.
"BUKAN MAGIC lah..." sahutnya lagi dengan penuh percaya diri.

"Itu namanya SAINS...", celetuk suamiku yang tengah asyik dengan laptopnya.
"Iyalah itu..." katanya mengakhiri. Entah apakah dia memahami makna sain atau tidak.
"Ihhh anak mama pandai betul..."
"Iyalah ..., otak chiro ini boleh berfikir banyak benda lah ma..."
Glekk. Hehehe...

Aku terperanjat sekali dengan jawabannya. Dari usianya yang baru saja menginjak 4 tahun dia sudah bisa menganalisa suatu fakta bahwa manusia tidak dapat terbang. Bahwa hanya angin, asap dan roket sajalah yang boleh terbang. Sedangkan aku sendiri tidak berfikir ke arah sana. Justru dalam fikiranku sang magician tengah melakukan ilmu sihir yang dikendalikan oleh Jin atau makhluk halus sehingga membolehkannya terbang untuk beberapa detik saja. Aku tidak berfikir sampai sejauh itu sampai dari mulutnya yang mungil menguraikan suatu fakta bahwa manusia tidak dapat terbang. Bahwa ada sesuatu benda yang membolehkannya terbang. MasyaAllah. Sungguh anak itu pandai.
Manusia diciptakan Tuhan dengan akal dan fikiran yang sempurna. Malam itu aku mengagumi kehebatan akal dan fikiran pada seorang kanak-kanak yang diberikan Tuhan pada makhluk ciptaannya.
Wallahu Alam,

Salamku dari Kuantan.

Kamis, 21 Oktober 2010

Pagi hari bersama Bibi : Berazam

Sekedar berazam saja mungkin mudah saja, tetapi melakukannya, mewujudkannya, merealisasikannya adalah bagian yang paling tersulit. Itu Aku. Hari ini aku baru boleh hapal 14 ayat dari surat Al-waqiah. Malu aku. Bibiku malah sudah hafal semuanya loh. Hebat dia, salut aku. Yosshhh, aku mau sungguh-sungguh kali ini, 96 ayat memang bukan sedikit buat aku, tapi ngga terlalu banyak utk sebagian orang yang hafiz Qur`an.

Belakangan aku lagi semangat datang ke Liqo. Ada aja ilmu baru yang aku dapat. Aku jadi tambah penasaran untuk datang di tiap2 minggu ke depan. Dua pekan ini aku baru belajar mengenai dosa jariyah dan bahayanya hadad (dengki). Bikin aku jadi mikir2 sendiri dan terbayang dengan dosa2ku sendiri. Ihhhh seremmm...

Balik lagi ke surat Al-Waqiah. Surat ini tergolong surat Makkiyah dan terdiri atas 96 buah ayat. Keutamaan surat ini berdasarkan yang aku kutip di kitab Majmu Syarief hal. 125 sbb:
1. Sabda Rasulullah Saw.: Siapa membaca surat Al-Waqiah setiap malam, dia tidak akan ditimpa kesusahan/kemiskinan selama-lamanya (Diriwayatkan oleh Baihai dari Ibnu Mas`ud r.a).
2. Ada pula yang mengatakan, jika dibaca 40 kali dalam satu majelis setiap hari, selama 40 hari berturut-turut, maka Allah akan membukakan pintu rezeki yang halal dan berkah.
3. Sabda Rasulullah saw.: Ajarkanlah surat Al-Waqiah kepada isteri-isterimu. Karena sesungguhnya ia adalah surat kekayaan.

Subhanallah bagus kan keistimewaan surat itu.
Kata Bibi. "Bu, padahal saya sudah hafal surat ini sudah sejak lama, cuma ngga tahu fadhilahnya. Sekarang saya sudah tahu, saya juga doakan untuk anak-anak saya. Alhamdulillah Si Nur sudah dapat kerjaan yang lebih baik sekarang"

Alhamdulillah ya Bi, aku juga ikut seneng dengernya. Aku juga doakan yang terbaik utk bibi. Tinggal sekarang aku juga mau menghafalnya agar bisa mengamalkannya setiap hari, amin.

-----

Jumat, 15 Oktober 2010

Adul Oh adul....

Lemas aku. Sudah satu halaman kutulis seputar Ichiro. Terhapus sudah oleh jari-jari kecil nan lembut yang tengah bersamaku tadi. Ahhh...rasanya seluruh energi hilang dalam sekejap. Buyar sudah keinginanku mem-posting satu ceritaku dengan Ichiro. Ohhh sayangku Adul..., kenapa kamu hapus tulisan mama? Memang bukan salahnya. Salahku yang mengajaknya ke ruang aktiviti. Salahku yang malas beranjak mematikan layar laptop ini. Dia mau bobo. Yah lain kali sajalah kupenuhi janjiku pada papanya anak-anak utk menuliskan satu tulisanku ttg Ichiro.

Si jari-jari kecil mungil itu sekarang tertidur pulas disampingku. Tanpa dosa. Polos. Putih. Cakep. Adul.

Rabu, 13 Oktober 2010

Guraun pagi ini

"Bang, yuk cepetan mandi, mama mau pergi nih, mau ikut ngga?" kataku pada sang ultraman.
"Mau, mau... tapi chiyo mau pake baju ini ma..."
"KOK ini lagi, semalam kan udah dipake yo, bau..."
"Ngga mah, ngga bau...iyo mau pake ini..." katanya setengah merajuk.
"Dicuci dulu dong biar bersih, biar ngga gatal-gatal badan iyo nanti..."
"Ngga mah..."
"Oia, nanti sore kan mama mau ke carrefour, kalau baju ini dicuci sekarang, nanti boleh pakai lagi..."
"terus iyo pake baju apa dong..."
"Pake baju robot aja ya..., kan ini juga dari nenek, masih baru..."
"ohh, yang robot itu..."
"Yah?", "Boleh?"
"Unn," Katanya mengangguk.
--- alhamdulillah bisa juga ngerayu dia, hehehe...

Selasa, 12 Oktober 2010

Bandar Kuantan

Bandar Kuantan dimana aku berpijak sekarang bersama suami dan anak-anakku adalah sebuah ibukota yang relatif kecil dari sebuah negeri yang terluas di semanjung malaysia, ia terletak bersisiran dengan laut cina selatan atau yang lebih sering disebut orang pantai timur malaysia. Posisinya yang menurutku terbilang strategis karena dikelilingi negeri negeri kecil lainnya dapat membawa kami kemana saja bila-bila masa. Sekitar 4 jam saja dari kuantan kita akan sampai ke ibukota negara, Kuala Lumpur.

Oia disini ada airport nya juga loh !!. Sepanjang jalan menuju ke KL kita akan lalui perkebunan kelapa sawit dan hutan tropikal yang luas lagi panjang, wah cukup membosankan memang. Untunglah jalan menuju kesana adalah jalan bebas hambatan (TOL) menjadikan perjalanan sejauh 400 km itu tidak begitu meletihkan.



Karena letak Kuantan di tepi pantai, so banyak pantai-pantai indah yang masih alami dan asri yang boleh dijadikan tempat melepas lelah kami sembari melihat anak-anak bermain pasir dan berenang. Kami sememangnya senang yang gratis gratis hehehe.... Di Kuantan pantai yang paling menarik dan paling sering kami singgahi adalah Pantai Telok Cempedak. Selain dekat dengan tempat tinggal kami Taman tas, pantai ini paling ramai dikunjungi, mungkin bestnya Kuantan. Menghadap ke arah laut berjejer kedai-kedai mini yang menjual beragam souvernir dan cinderamata, dan beberapa kedai makan. Bagusnya di Malaysia harga makanan di tempat-tempat wisata tidaklah mahal, tidak ada bedanya dengan di luar area wisata (menurut saya sihh...). Tak jauh dari sini ada beberapa hotel bintang 5 dan vila-vila kecil.
Selain pantai telok cempedak, ada pantai-pantai lain yang masih alami dan natural, seperti pantai Cherating, dan pantai Balok. Kalau di Pantai Cherating banyak orang bule (orang malaysia bilang mat saleh) soalnya dengar-dengar nih walaupun belum liat dengan mata kepala sendiri sih bule2 banyak yang selancar disini, tapi kok perasaanku pantainya biasa-biasa aja deh...sepi... lebih cocok untuk orang2 yang lagi honeymoon kali ya... Sedangkan pantai Balok cocok untuk wisata keluarga, karena banyak pohon2 cemara yang rindang dan lebat.

Di Kuantan, ada juga loh kolam renang waterboomnya-Gambang Waterpark, terletak di Gambang sekitar setengah 45 menit dari bandar. Sepanjang perjalanan menuju kesana yang nampak hanya hutan kelapa sawit dan hutan tropical.  Letak kolam renangnya unik loh krn berada di tengah-tengah hutan....Jadi berenang sambil menikmati pemandangan alam sekitarnya. Saya salut sama yang punya ide buat kolam renang ini kok bisa2nya terpikir buat kolam renang di dalam hutan. Hehehe... Saya bilang sama suami saya, kalau ngga mau bayar masuk aja kali ya lewat hutan. Iseng amat kali, yang ada dipatok ular hehehe....katanya.

Saya dan suami suka ngajak anak2 jalan2 di akhir minggu sekedar ke taman yang ada perosotan dan ayunannya...yah pokoknya ke taman2 yang sengaja dibuat untuk fasilitas umum. Nah paling sering ke Kuantan Esplanade (bener ngga ya spellingnya??). Di hadapan esplanade kuantan ada Hospital Tengku Ampuan Afzan (HTAA) milik kerajaan,nah di rs ini nih anakku yg bontot (yg nomor 3) lahir.
Tapi baru2 ini baru tahu ada tempat untuk joging juga sebuah Taman Bandar di Indera mahkota. Disana terdapat fasilitas umum utk bermain bagi anak-anak, ada danau yang luas dimana anak2 boleh memberi makan ikan2 yang sudah gemuk itu. Sementara orangtuanya boleh berjoging memutari danau yang indah itu. Kata teman saya yang orang Malaysia, ada satu tempat lagi yang indah, namanya Taman Gelora, arahnya menuju ke jalan beserah atau teluk sisek..

Kalau dibandingkan dengan Kota Jakarta, memang Kuantan ini tidak ada seberapanya. Jakarta Timur pun mungkin masih lebih ramai dibandingkan disini. Di Kuantan Mall2 tidak terlalu banyak spt di Jakarta, setidak2nya supermarket asing tidak banyak disini, yang banyak adalah supermarket tempatan (lokal) seperti Tunas Manja, Terus Maju, My Din, dll. Sebenernya bagus juga sih pemerintah membatasi supermaket2 asing, mungkin ini ngga lain untuk memajukan atau menumbuhkembangkan potensi di dalam negeri sendiri. Lain sekali kalau dibandingkan dengan Jakarta yg terlalu banyak supermarket asing yg jelas2 menambah untung  bagi konglomerat2 saja dan mematikan potensi perniagaan kecil.  Carrefour aza cuma ada satu disini dan letaknya tepat di tengah bandar di dalam salah satu mall terbesar disini, East Coast Mall. ECM boleh dibilang keberadaanya cukup baru, selain itu ada Kuantan Parade, Berjaya Megamall, Kamdar, dan Teruntum tempat shoping ataupun hanya just window shoping... Kami sekeluarga paling sering ke ECM, disini ada semua kesukaan anak2ku, spt makan sushi di Sushi King (ini makanan kesukaan nanami) dan KFC (kesukaaan ichiro), serta ada movie theater nya juga (kalau ini kesukaan semua anggota keluarga kami. Biasanya setelah belanja di Carrefour, kami cuci cuci mata di kedai2 pernak pernik di sekitarnya, ada kedai LIVING CABIN yang suka kami datangi, atau sekadar hanya mencicipi sepotong dua potong Banana Choco Crispy dan Jagung manis atau menikmati lezatnya roti boy. .




Itu dulu ya ceritaku tentang Kuantan...sejujurnya aku mulai menyukai kota ini....

Fitri.

Be a Mom

Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah Abdullah -- Adul kecilku 6 bulan jalan 3 minggu yang kemarin baru saja tumbuh gigi 1 buah -- sudah terlena kembali dalam lelapnya setelah mandi, makan bubur biscuit heinz, dan minum ASI, kenyang pasti. Kulirik masih pukul 8.00 pagi. Saatnya aku check2 email sebentar sebelum jagoan ultramanku bangun around 8.30 dan minta dilayani.(maklumlah dia juga masih berumur 4 th).  Subhanallah saya bersyukur sekali diberikan kenikmatan memandikan anak-anak saya, menyuapi mereka, dan melayani mereka semampu saya. Mudah2an apa yang saya berikan dapat mereka rasakan juga.

Semalam suamiku mengabarkan bahwa proposal S3ku di UMP masih  belum mendapatkan supervisor atau pembimbing, So proposalku masih stuck di office, kena waiting list....Fuhhh!!!. Katanya supervisor yang kekhususannya sesuai dgn topik yang akan aku ambil akan pergi, jadi belum ada penggantinya. Ada senengnya juga sih mendengar berita tsb . Karena sesungguhnya deep in heart saya belum rela meninggalkan anak2 saya sedini mungkin disaat mereka lebih memerlukan saya. Sekolah saya yang juga merupakan impian mama papa saya, suamiku tercinta, dan juga impianku yang terpendam sejak dulu masih boleh menunggu. Mungkin nanti saat mereka sudah membesar dan lebih mandiri, itulah saatnya saya merampungkan impian-impian tersebut. InsyaAllah.

Waktu dan kebahagiaan saya bersama mereka saat ini lebih penting buat saya, karena masa-masa kedekatan saya dengan mereka tidak akan bisa terulang dan tergantikan dengan apapun juga..
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana akan terbengkalainya anak-anak saya jika saya tidak ada di pagi hari.. Pagi sekali sekitar pukul 5 dini hari saya sudah harus pergi mandi bersama sulung saya, princessnya Papa, Nanami, dan kemudian menyiapkan baju seragamnya, sesekali saya melatihnya untuk pergi sholat bersama-sama saya, menemaninya dan memastikannya sarapan pagi, mempersiapkan apa yang akan dibawanya untuk bekalnya, menguncir rambutnya yang sudah mulai memanjang. Selepas urusan kakaknya beres si bungsuku pun ikutan bangun juga meminta jatah paginya hehehe... terkadang saya harus bergantian dengan bibi jika saya masih tidak ada waktu.. Walaupun saya memiliki bibi bukan berarti saya boleh berleha-leha dan menyerahkan sepenuhnya padanya. Cukuplah urusan domestik saja yang dia tangani walaupun sesekali tdk saya pungkiri sayapun meminta pertolongannya menjaga si kecil di saat-saat tertentu.

Saya teringat suatu film kalau ngga salash judulnya Crime of the Past, ceritanya ada seorang anak perempuan yang ditinggalkan ayahnya sejak kecil krn ayahnya ini berprofesi sebagai agen CIA.. 15 puluh tahun kemudian sang ayah datang kembali saat anak perempuannya itu telah memiliki seorang anak (cucu). Sebenarnya si ayah tidak sepenuhnya meninggalkannya, tapi terus memantau putrinya itu hanya dari kejauhan saja karena kebetulan saat itu telah berpisah dari istrinya dan tidak diperbolehkan bertemu dgn anak perempuannya itu. Singkat cerita sang ayah ingin bertemu dgn putri kecilnya yang dulu ditinggalkannya. Apa jawab anak perempuan tsb saat bersua dengan sang ayah.
"Saya tidak memerlukanmu lagi ayah...", saya memerlukanmu saat dulu ayah meninggalkanku...., saya memerlukanmu saat dulu saya membutuhkan dekapanmu, pelukanmu, belaian kasih sayangmu...., saat itulah saya memerlukanmu Ayah..." Kurang lebih begitulah kata2nya kalau ngga saya hiperbola hehehe.

Aku tersentuh mendengar pernyataan anak perempuan itu. Fikiranku melayang kepada putri sulungku Nanami, dia masih 7 th, terkadang dia manja sekali dan sangat tidak mandiri....Tapi saya sering memarahinya krn sikap manjanya itu dan mengatakan padanya bahwa dia sudah besar dan sudah seharusnya mandiri. Mungkinkah dia memerlukan itu semua dari diriku? kemanjaannya, ketidakmandiriannya adalah semata-mata bagian dari sikapnya yang ingin disayangi... Saya sadar masa-masa manjanya ini akan lewat secepat kilat sejalan dengan kematangannya kelak.. Seharusnya saya menikmati masa-masa itu...krn masa-masa inilah yang akan diingatinya kelak hingga ia besar nanti.

Menjadi full house wife memang tdk lah semudah orang membicarakannya. Bukan karena banyaknya rentetan pekerjaan yang tiada habisnya itu, bukan itu karena saya yakin para ibu yang bekerja paruh waktu atau sepenuh waktunya diluar sana juga menghadapi masalah yang serupa dengan saya, malah mungkin lebih kompleks. Melainkan saya harus berkompromi dengan hati saya sendiri-dengan diri saya, yah..., saya harus bisa mengawal diri saya untuk tidak sering marah2...memang tidaklah mudah. Jika di kantor kita memarahi anak buah kita atas perbuatannya, mungkin kita tidak akan merasa semenyesal jika kita memarahi anak kita sendiri.

Capekkah? jelas tak terbilang lagi penatnya, letihnya, tetapi asalkan kita melakukannya dengan ikhlas, kita akan menikmati setiap percakapan kita dengan mereka, setiap canda kita dengan mereka. Tinggalkan kerjaan mu yang lain saat dirimu sedang bersama anak-anakmu itulah kunci dalam menikmati diri menjadi seorang ibu. Pekerjaan ibu rumah tangga memang tidak ada habisnya, jika mau diikuti, maka waktu 24 jam pun tidak akan cukup rasanya. So, jangan mau diperbudak pekerjaan karena kitalah yang seharusnya dapat mengatur waktu dan pekerjaan itu semua dan bukan waktu ataupun pekerjaan itu yang menghalang kita untuk bermain dengan anak-anak kita.

Dalam setiap sholatku sering kusampaikan padaNya curahan hatiku yang terdalam, kepada Sang khalik yang maha membolak-balikkan hati, saya memohon kepadaNya agar saya dapat menjadi ibu yang baik bagi anak-anak saya, dan tentunya juga menjadi istri yang dapat menenangkan hati suami....amin.

Wahhh pas sekali si abang ultraman Ichiro telah bangun dan meminta dibuatkan susu dengan busa yang banyak....
Sudah dulu ya...

Jumat, 08 Oktober 2010

Jagoan Mama dan Princesnya Papa


Ini dia buah hati kami tercinta...

Jalan2 di Bandar Trengganu

Indahnya Masjid Kristal di kota Trengganu...

Percakapan Pagi Ini

Suatu hari di musim Haru. 2006.Nanami, 2,5 th.

Percakapan Pagi Ini

Awan yang kelabu dengan rintik hujan pagi ini mengguyur basah pulau kecil tempat tinggal kami-Port Island, sebuah pulau buatan yang berada di Kota Kobe, merontokkan sebagian bunga sakura satu persatu dari tangkainya, jatuh bersama air hujan, bersatu dgn tanah-tanah yg becek. Keindahannya yang sempat menawan hati beberapa hari ini telah hilang sudah, tapi tetap membekas indah dalam ingatan dalam meresapi keindahan Sang Pencipta. Sakura yg terdiri dari lima kelopak itu, dan berwarna putih dan ada yang merah muda itu, memang tak lama umurnya. Ia hanya hadir sebagai tanda Haru (musim semi) telah tiba, mengawali kebahagian dan keceriaan di hati tiap-tiap orang yang menyambut datangnya semi. Setelah hati tiap-tiap orang terpaut, ia pun pergi, untuk kemudian digantikan oleh dedaunan hijau merayap.
Pagi ini, masih dalam selimut kutengok buah hati dan kekasih tercinta yg berada disampingku. Malas-malasan juga mereka membuka mata. Sapaku pagi ini pada buah hatiku "Ohayou.."
"Capek…" ujar buah hati kami seketika. Rupanya Ia pun enggan beranjak dan menyalakan tipi, hal biasa yg sering dilakukannya. Sambil memasukkan jempol ke dalam mulutnya dan memainkan kuping kanan dgn jari-jemarinya ia kembali merapatkan tubuhnya diantara kami.
Kami terkaget dgn ucapannya.
"Capek?, kenapa capek?" kataku padanya sambul kucuri ciuman dari pipinya. Serta merta ia meronta. Hehehe…
"Mamami-chan…, itai…", katanya lagi.
"Apanya yg itai?", (apanya yang sakit?) kataku sedikit tersentak.
" Itai kaki…"
***
Seharian kemarin pada suatu minggu yang sungguh cerah dan hangat, kami bersama teman-teman PPI Kobe berjalan-jalan melihat bunga sakura (Hanami) di Korakuen Okayama, dua jam setengah perjalanan lewat bus dari Kobe-shi ke Okayama-shi, sesampainya disana, tak kurang tiga jam kami berkeliling menikmati indahnya bunga sakura yg terhampar megah di sisi-sisi jalan di luar taman Korakuen, juga dari menikmati bunga sakura yang berjejer rimbun di sisi-sisi sungai yang mengeliling taman Korakuen tsb. Subhanallah indah sekali karunia Allah itu. Ada yg berwarna putih kekreman, juga ada yg berwarna pink. Taman Korakuen adalah salah sebuah taman buatan yang terindah di Jepang, katanya. Di balik taman Korakuen tsb tampak Jo (Kastil) megah berdiri, entah zaman kekaisaran berapa, saya tidak tahu. Sebelum memasuki taman korakuen, kami terlebih dulu berkumpul bersama teman-teman dari Okayama, yang telah lebih dulu menghampar tikar plastik persis dibawah rimbunnya Pohon Sakura. Kanan-kiri depan pemandangan hamparan plastik di bawah pohon sakura memadati kanan-kiri jalan. Bersama teman-teman Okayama, kami saling berkenalan satu dengan yang lainnya. Hanabira-rontokan bunga sakura- memenuhi hamparan tempat kami melepas lelah, sesekali jatuh pula ke dalam makanan-makanan yg kami bawa dari rumah masing-masing. Bento yang kami dan teman2 bawa masing-masing tidaklah begitu istimewa, semisal hanya sambal telur, nasi uduk, ayam goreng, mie, telur dadar, kerupuk, buah-buahan yang memang tergolong gampang dibuat dan praktis untuk dibawa. Tapi saat itu rasanya hidangan itu semua terasa begitu sangat nikmat, apalagi makannya dibawah Sakura, bersama teman-teman dan sambil melihat bunga sakura yg sesekali merontok jatuh, menambah kelezatan tersendiri rasanya.
Setelah makan dan sholat, Nanami mengajakku untuk menaiki berbagai atraksi permainan yang ada di sisi sungai Korakuen. Saat itu banyak hiburan untuk anak-anak disajikan. Dua kali Nanami minta naik kereta listrik, sekali bersama ku, sekali ia naik thomas sendiri. Ia sungguh senang, sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah papanya yg asyik merekam dirinya lewat handy-cam. Kemudian ia juga minta dibelikan balon bergampar Anpanman, yah krn suasana hati juga lagi bahagia, permintaannya kali ini kuturuti tanpa kutawar-tawar lagi.
Setelah itu kami baru masuk ke taman Korakuen. Taman yang luas dan indah itu sungguh menarik hati. Nanami yang mungil mengatakan ingin bobo, tapi kami katakan, nanti yah bobonya sth masuk ke taman. Sesampainya di dalam taman, ia mendapati ikan-ikan besar di dalam kolam, saking asyiknya ia memberi makan ikan2 tsb, pemberian orang sebelah kami, lupa ia dgn keinginan tidurnya semula. Hilang pula kantuknya setelah diajak papanya bermain badminton di dalam taman itu. Sakura di dalam taman itu tidak sebanyak dgn yang ada di luar taman, uniknya sakura2 disini berkumpul menjadi satu, sehingga dari kejauhan menjadi kumpulan warna merah muda diantara warna hijau. Cantik sekali. Dibawah sakura2 itu, orang-orang melepas lelah, membuka tikar dan menyantap hidangan bersama sanak keluarga dan teman-teman.
Kami tiba kembali di Kobe sekitar pukul 6 Sore. Wajar saja, seharian kami berada diluar, tentu letih sekali, tapi rasa suka-cita telah mengalahkan rasa letih kami. Nanami sepanjang perjalanan pulang ke Kobe, ia tertidur pulas sekali didalam bus. Capek rupanya ia. Begitulah ceritanya, mengawali percakapan kami pagi ini.
***
"Kaki Nami sakit?, sini mama pijitin…", Ia kemudian menyodorkan kaki kananya ke arahku. Papa Nami tak kuasa menahan geli menyaksikan aksi si mungil kesayangannya.
"Enak?"
"Unn, enak…" katanya menyeringai nakal. Kemudian gantian dengan kaki kirinya disodorkan. Kalau ingat adegan ini, persis seperti papanya yg sering minta pijit.
"Udah…" kataku mengakhiri pijitan terakhir. Sambil kembali kumasukkan kakinya ke dalam selimut Pooh-san kesayangannya.
"Lagi?" katanya tiba-tiba.
"Hah, lagi?" saya dan suami jadi tertawa sangat geli dibuatnya. Rupanya kakinya pegel kali ya dari jalan2 kemarin itu.
"Sini, gantian papa pijitin", sahut suamiku meraih kaki nami-chan menawarkan bantuan. Tumben, hehehe…kalau bukan utk putri kesayangannya, mana mau dia, hehehe…
"Kasihan ya anak papa, masih 2,5 th disuruh jalan terus", guraunya pada putri kesayangannya.
Pagi ini kami mengawali pagi dgn senyuman dan tawa oleh ulah anak kami, entah apa lagi yang diperbuatnya besok, entah apa lagi kejutan yang dihadirkannya esok. Berbagilah nak, berbagilah suka-citamu dengan kami. Terus…
Dengan cinta dari Port Island, 10 April 2006
Salam hangat untuk semua…

Malas Tak Terbilang

Aku jumpai satu curahanku di http://fitori98.blog.friendster.com.

MALAS TAK TERBILANG!

Belakangan ini saya malas sekali, mulai dari hal-hal kecil sampai hal-hal yang besar. Ingin sekali saya memerangi rasa malas yang merayap menjadi alpha dan lalai sebagai makhlukNya dan tugas2ku sebagai ibu. Syaiton itu menggelayut dan bermain-main di pelupuk mataku kala dini hari–meninabobokan diriku– dari yang seharusnya bangkit dari tempat tidur dan segera mengambil wudhu. "Ahh sebentar lagi," batinku selalu saja berkata begitu seraya melirik jam. Astaghfirullah. Malu aku dibuatnya, dan malu aku dihadapanNya.
Sungguh rindu aku akan kumandangMu Ya Allah pemilik hati dan jiwa ini, adzan yang senantiasa kudengar kala pagi dan petang, lewat masjid disamping rumahku, di tanah airku dulu. Rindu aku. Suamiku belum lagi men-set-ulang adzan di komputer akibat virus 6 bulan lalu, lama sudah. Mungkin sudah lupa ia. Syair bimbo menyanyi-nyanyi dalam benak. Sungguh rindu kami padamu Yaa Rasul…Sungguh tiada terperi…
Rindu pula diriku akan gerimis sore yang memberikan harum yang khas pada tanah tempat lahirku. Mungkinkah sebenarnya aku mendapati diri dalam kejenuhan yang amat sangat? Aku ingin segera pulang.
Ayat-ayat Quran menyentilku seketika, dan kemudian lupa lagi aku dibuatnya. Sungguh syaiton itu adalah musuh yang nyata bagimu. Kusampaikan gundah gulanaku pada suami dan ibunda tercinta diseberang sana. Kataku, "Marahi aku", "Jewer aku". Menangis hati dan jiwa ini mendapati diri dalam hati dan jiwa yang keruh. Astaghfirullah.
Ya Rabb, Sungguh kuingin Engkau ganti hatiku menjadi hati yg baru, hati yg lebih baik, yang membawa diri ini kepadaMu…Amin.
Fitri–
Bookmark and Share

3 Responses to “MALAS TAK TERBILANG!”

  1. Meilani Says:
    Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,
    Dear Fitri,
    Saya juga suka malas dan suka menunda2 pekerjaan. Saya selalu mengingat surat Alam Nasyrah (94:7): “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”
    Dan juga berlindung kepada Allah Ta’ala dengan do’a dari HR. Bukhori no. 6363 Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam banyak memanjatkan do’a ini:
    “Allahumma inni a’uudzubika minal hammi wal hazani, wal’ajzi wal kasali, wal bukhli wal jubni, wadhola’iddaini, wagholabatirrijaal.”
    Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-MU dari kesusahan dan kesedihan, kelemahan, kemalasan, sifat kikir, pengecut, lilitan hutang dan dikuasai orang lain.”
  2. Meilani Says:
    Dear Fitri,
    Satu lagi do’a yang kepada-Nya yang hampir selalu kupinta, yaitu untuk meminta ketetapan hati:
    1. “Allahumma mushorrifalquluubi, shorrif quluu banaa ‘alaa thaa’atik.”
    Artinya: “Ya Allah, yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami pada ketaatan kepada-Mu.” dari HR. Muslim 2654.
    2. “Yaa muqollibal quluubi, tsabbit qolbii ‘alaa diinik.”
    Artinya: ” Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.” dari HR. Tirmidzi no. 3522. Dari shahiih Tirmidzi III/171 no. 2792, Ummu Salamah Radiallahu ‘anhaa berkata: “Do’a itu merupakan do’a Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam yang paling banyak (dibaca).”
    Semoga kita selalu bisa memperbaiki diri ini ke arah yang lebih baik sesuai dengan Sunnah Rasul Shalallahu ‘alaihi wassalam.

Selasa, 05 Oktober 2010

Lontong Sayur Betawi

Kemarin aku buat lontong sayur loh....alhamdulillah Nanami suk sekali sampai dia makan 3 kali., papanya juga suka, si bibipun bilang enak dan aku jadi seneng deh....
Sebenernya lontong sayur betawi ini udah ngga asing lagi buat aku krn setiap lebaran mama-ku selalu buat yang satu itu. Cuma aku buatnya ngga terlalu pekat warnanya...kuning kecoklat2an saja...lebih cantik kalau dipandang... :P (dasar air laut asin sendiri ya...)

Lontong:
Lontong atau orang melayu bilangnya Impit, aku buat dari beras pulen. Biasanya aku pilih beras wangi AAA, pulen berasnya dan cocok utk buat impit.
Bahannya: plastik tebal tahan panas, dan beras 2 canting. Beras dicuci bersih2 kemudian masukkan secukupnya ke dalam plastik, beri ruang kosong 3/4 dari beras. Selanjutnya rekatkan dengan lilin api. Jangan lupa tusuk2 dengan garpu di permukaan plastiknya.
Cara masak: Siapkan air mendidih banyak2 dalam panci besar, masukkan impit/lontong dengan posisi tidur agar berasnya tersebar merata. Biarkan lontong terendam dalam air. Masak hingga 2 jam.  Dinginkan, dan siap saji.

Sayur Lontong:
Bahan: Pepaya 1/2 potong (boleh diganti labu kalau susah cari pepaya, labu 2 potong) dan kacang panjang dipotong sepanjang korek api, kalau takaran sayur terserah saja ya...suka-suka hatilah...sesuai dgn kebutuhan masing2, Ebi (udang kering 2 sdm direndam), bawang merah 3butir, bawang putih 2 butir, cabai merah yang besar (nah yang ini tergantung selera ya...biasanya saya gunakan 1 batang saja cabai merah, soalnya Nanami ngga suka pedas), terasi sedikit, sereh 1 btg, daun salam dan lengkuas sedikit, kecap manis sedikit, santan kara 200 ml diencerkan secukupnya, garam dan lada putih, serta margarin 3 sdm.

Cara masak: Bawang merah, bwg putih, terasi, udang kering, cabai, diulek sampai halus. Sereh, daun salam dan lengkuas digebrek saja. Selanjutnya tumis semua bumbu dengan margarin hingga wangi, masukkan sayur labu dan kacang sekaligus, tumis sebentar hingga bumbu tercampur rata. Kemudian dalam panci lain masak air santan hingga mendidih, masukkan sayur yg sudah ditumis tsb. Tambahkan garam dan lada. Terakhir tambahkan kecap manis dan gula sedikit.

Jangan lupa buat sambal matang terpisah. Jadi kalau si bapak ingin pedas bolehlah ditambahkan sambal. Lagi sedap loh....

Siap untuk dihidang.... makan dengan kerupuk. Jangan lupa tambahkan bawang goreng.
----

Fitri.

Senin, 04 Oktober 2010

Menu 6 Bulan Adul

Adul panggilan kesayanganku untuk Abdullah, buah hati kami yang ketiga kini telah memasuki usia 6 bulan. Aku mulai dijangkiti dengan hobi baru, apatah lagi kalau buka memasak untuk buah hati yang sedang lucu-lucunya itu. Hmmm, berbagai menu hasil kreasiku sendiri membuatku jadi begitu semangat... (sebenernya ngga original buatanku sih cuma pemasakannya byk terinspirasi dari buku-buku masakan jepang for baby yang ngga menggunakan garam atau gula). Apalagi kalau dia menyukainya. Sedikit mengingat-ingat lagi menu kesukaan anak-anakku sebelumnya Nanami dan Ichiro. Yang membedakan menu Adul dari kakak2nya yang dua itu adalah menu Adul banyak menggunakan  daging. Sementara kakak2nya dulu lebih banyak ikan.

Bubur Ayam Apel (proses: dimasak-diblended-disaring)
Tip ayam: Kalau beli ayam cincang masukkan seperlunya (1 sdm) ke dalam plastik2 kecil, ikat kuat2 dan  kemudian disimpan dalam freezer. Jadi kalau mau masak tinggal ambil satu plastik kecil saja. So, ayam cincangnya jadi tidak rusak.
Tip sayur: pilih satu atau dua jenis sayuran saja dulu sebagai perkenalan. Jangan terlalu banyak nanti baby tidak suka. Pilih sayuran yang memberikan rasa manis alami, semisal wortel, tomat, cabbage, labu kuning, dsb. Karena pada permulaan baby biasanya menyukai rasa manis.
Tip Buah: pilih jenis buah yang manis spt buah apel dan buah pir, cocok utk dicampurkan ke makanan. Pisang pun boleh kalau memang suka.
Tip Bawang bombay: khasiatnya memberi ketahanan tubuh pada baby, dan memberikan rasa manis dan gurih pada masakan.
Tip Rasa: kalau mau ditambah garam sedikit saja, atau pilih salted butter.
Tip Pilih Butter: yang 100% natural, no representative, no colouring, dan tanpa pengawet.

Bahan: beras 2-3 sdm (boleh utk 2-3 kali makan tuh), air mineral secukupnya, ayam cincang (kalau ada tambah ceker kaki ayam sekalian utk dapatkan sumsum tulangnya), bawang bombay 1/2 bwg bombai yg kecil, wortel 1/3 dari wortel, apel 1/2 apel kecil dan butter.

Cara Membuat: Dimasak beras terlebih dahulu, kemudian masukkan ayam dan bawang bombay sekaligus, aduk-aduk hingga masak, setelah agak lembek, selanjutnya masukkan wortel dan butter, biarkan bubur sampai wangi  dan terakhir masukkan apel.
Masukkan kedalam wadah, biarkan dia sejuk. Nanti kalau si adek mau makan baru diblended sebagian dan disaring. Kalau buburnya sudah lembut tak payah lagi di blender, lsg disaring saja. Sisanya masukkan ke dalam kulkas, dan stim sebentar jika hendak dikeluarkan (biar hangat).

Hasil: Hmmm sedaappp.... rasanya manis dan gurih, dan Adul makan dengan lahapnya.

---
Cepat besar ya sayang....
---

Mama.

Jumat, 01 Oktober 2010

Negeri Modern yang Sederhana

Sepertinya ini buah penaku  yang pertama saat baru mulai belajar menulis. Ternyata masih ada. Ditulis th 2005, kejadian th 2003.

---

Buah Pena: Negeri Modern yang Sederhana
 

“Ahhh….,” Tiba-tiba jantungku berdegub kencang katika pesawat GA 417 tujuan
Kansai Airport yang kunaiki menancapkan kaki-kaki besarnya ke aspal. Dari dalam jendela pesawat aku melongok ke luar. “Inikah Jepang, Ya Allah sampai juga akhirnya aku disini,” batinku mendesir.


Kupegangi tangan suamiku yang ada disebelahku. “Deg-deg-an yah dek?”, katanya seperti tahu isi hatiku. Aku hanya mengangguk tersenyum. Tidak dapat kuceritakan padanya seperti apa gejolak di dalam dada ini.


Telah dua kali aku mengalami kegagalan untuk bisa kesana. Harapan ingin sekolah disana kuhapus sudah, pupus sudah. “ Sudah sudah…, tidak harus ke Jepang, di Jakarta saja…,
kan sama bagusnya sayang,” hibur sang mama seperti biasanya dengan bijak. “Jadi Mama tidak kesepian kalau kamu sekolah di sini”. Akhirnya kumantapkan diriku untuk melanjutkan studiku di Jakarta.


“Melamun yah sayang,” Suamiku membuyarkan seketika kenangan tiga tahun silam. Kini, seseorang yang baru sebulan menjadi pendamping hidupku yang justru membawaku ke Jepang, tempat yang sudah lama aku impi-impikan, yang aku nanti-nantikan…Subhanallah.


Keluar dari Kansai Airport-Osaka, masih dengan wajah celingak-celinguk aku memperhatikan sekelilingku, tidak ngeh kalau suamiku telah memegangi tanganku sedari tadi setengah menarik ke tempat antrian bus. “Habis ini kita naik bus ini Bang?” kataku setengah berbisik.


“Iya, setelah ini baru kita naik kereta,” katanya sambil menolehkan wajahnya ke Bus tujuan Sannomiya. Sederetan orang dengan barangnya masing-masing tampak sabar mengantri memasuki bus di depan kami.


“Oohh masih jauh ya,” jawabku pelan. Akhirnya sampai juga pada giliran kami Dua koper kami yang penuh dan besar diangkut petugas Bus sambil menyerahkan tanda no koper kami supaya tidak tertukar satu dengan yang lainnya.


Dari dalam Bus, suamiku mulai asyik bercerita sambil menunjuk kesana kemari seperti layaknya seorang tourist guide saja. Bus pun melaju dengan santai, malah cenderung pelan untuk ukuran orang
Indonesia rasanya. Dan laut pun masih tampak indah di luar sana. “KIREII..!!”, seruku mencoba mengomentari pemandangan diluar jendela dengan bahasa Jepang yang ala-kadarnya. Kulihat suamiku tertawa geli. Aku jadi malu. “Busnya sepi ya Bang,” kataku setengah melirik ke belakang melihat banyak kursi tanpa penghuni. “Beda dengan di Jakarta harus nunggu penuh dulu baru jalan,” lanjutku lagi. Suamiku tersenyum-senyum saja mendengar ocehanku.


“Kalau disini tidak perlu menunggu sampai penuh, jika sudah waktunya berangkat, penumpang sedikit pun tetap berangkat,” ujar suamiku mencoba memberi penjelasan. “Nah nanti kita tinggal di
sana tuh dek,” sambil menunjuk ke seberang laut. Bus yang kami tumpangi tengah melaju diatas jembatan panjang yang menghubungkan Osaka dan Kobe.


Kini bus yang kami tumpangi mulai memasuki
Kobe, tempat yang terkenal di dunia dengan Kota Pelabuhan itu. Pemandangan laut yang indah berganti dengan deretan apartemen disana-sini. Jemuran seprai dan futon yang berkibar-kibar dari balik balkon yang mungil atau tersembul dari jendela-jendela kamar yang sempit menjadi pemandangan yang kurang menyegarkan.


Akhirnya sampailah kami di Sannomiya, jantungnya
kota Kobe. Kami menyerahkan kembali no koper kepada petugas bus yang kemudian menurunkan koper kami, “Arigatou Gozamaishita”, ucap kami kepada petugas yang baik hati itu. Perlahan kami menyusuri pinggir jalan Sannomiya Senta Gai menuju jalur kereta Hanshin yang stasiunnya ada di bawah tanah. Tidak lama kereta tujuan pun datang. Saya bergegas masuk sambil menyeret koper yang ternayata baru kusadari terasa berat. Mataku sigap mencari tempat duduk. Maklumlah kebiasaan naik kereta ekonomi tujuan Manggarai, harus sigap memburu kursi jika tidak ingin berdiri berdesakan bercampur aroma parfum dan keringat yang menjadi tak karuan baunya. “Ngga usah buru-buru dek, pasti banyak yang kosong,” ujar suamiku mantap. Dan benar saja di dalam kereta orang-orang rupanya enggan untuk duduk. Kami sengaja mencari tempat di pojok dekat pintu keluar.


Aneka ragam
gaya yang bisa aku saksikan di dalam kereta. “Orang-orang muda tampaknya lebih senang berdiri dibandingkan duduk rupanya”, kataku dalam hati. “Aneh yah Bang, banyak bangku yang kosong begini kok ngga ada yang mau duduk, wah, kalau di Jakarta mana boleh ada bangku yang kosong sedikit, ya kan Bang?” cerocosku tanpa henti.


”Mereka itu malu sama yang tua-tua itu dek, masak, masih muda udah loyo,” suamiku mencoba memberi penjelasan berdasarkan pengalamannya. “Ngga cocok dong sama budaya mereka yang selalu semangat,” tambahnya lagi.


“Bang, lihat anak yang dipojok itu, ngga malu yah Bang,” bisikku pelan sambil menahan suaraku agar tidak terlalu ribut. “Siapa yang peduli hal itu disini dek,” ujar suamiku singkat. Sesekali mataku tertuju kembali pada gadis kecil yang tadi asyik membasahi bibirnya dengan lisptik warna pink, sekarang justru tengah asyik memulaskan maskara dan mematut-matut dirinya di cermin kecil dalam genggamannya. Sepanjang jalan menuju Stasiun Fukae, tempat kami akan turun, aku tak kedip memandang keluar jendela, lagi-lagi bangunan-bangunan hunian yang kecil, sempit, dan tidak berhalaman itu tampak seperti kotak-kotak berdiri menjejali pinggir rel. Kubandingkan dengan kondisi yang ada di Jakarta, “Hmm, serupa tapi tak sama,” gumamku dalam hati. Sesekali kereta menjadi gelap karena melewati jalur bawah tanah.


Kereta cepat yang membawa kami akhirnya singgah di stasiun besar Mikage. Di stasiun inilah, orang-orang yang naik kereta lokal dapat berganti ke kereta cepat atau supercepat tanpa harus membayar lagi, begitupun sebaliknya. Karena stasiun yang kami tuju hanya berhenti kereta lokal saja, kami pun segera berganti kereta. Pemandangan diluar selanjutnya menjadi tampak jelas dipandang. Tampak di sebelah utara Rokko-san membentang hijau di kejauhan laksana hamparan permadani dan di sebelah selatan, hanya satu kilometer saja dari tempat kami berpijak, lautan membentang luas laksana birunya cakrawala.


Akhirnya sampai juga kami di stasiun Fukae setelah menghabiskan waktu hampir dua jam yang melelahkan. Sambil mendorong koper, kuarahkan mataku ke sekelilingnya. “Bang, kok seperti kampung ya? Sepi…, Aku kira…” Aku tak melanjutkan kalimatku.


“Kamu kira seperti
Jakarta yang ramai, hingar dan bingar gitu…”, senyum suamiku mengembang. Kami menyusuri jalan kecil yang mirip gang itu. Di kanan jalan hanya rumah, apartemen dan mansion yang kujumpai. Rumah-rumah yang mungil itu tampak indah dipandang mata, bukan karena mewahnya, karena memang rumah-rumah yang kulihat disini tidaklah mewah, tapi bunga-bunga yang beraneka ragam bentuk dan warna yang menghiasi pintu masuk rumah mereka, menjadikannya tampak asri dipandang mata. Baru kali pertama ini kulihat ada bunga berwarna biru, sian, atau ungu. “Subhanaallah indahhh ya Bang…”, itulah kesan pertama yang kurasa.


“Dek, nanti disini akan sering jalan loh…ngga ada ojek atau angkot disini, ngga pa`pa
kan…” ujar suamiku dengan lembut. Aku hanya menganggukkan kepala saja. Kulihat di perempatan di seberang jalan sana, seorang pemuda berjas dan yang wanita, bersepatu hak tinggi menghentikan laju sepeda mereka sejenak karena kereta akan segera lewat. Dibelakang pemuda berjas tadi, seorang nenek yang aku taksir umur delapan-puluhan itu, juga dengan sabar menanti kereta yang akan lewat sambil memegangi keranjang rodanya yang telah penuh dengan barang belanjaan. Dan disebelah nenek tadi, seorang ibu muda tengah asyik bercengkrama dengan dua anaknya yang terbilang masih balita; yang besar duduk dibangku belakang sepeda, dan yang kecil duduk di dalam keranjang yang terpasang di depan sepeda. Aku terkesima kagum. “Mau kemanakah mereka?” tanyaku dalam hati


Diiringi dengan celoteh ringan, tak terasa akhirnya sampai juga kami ke tempat kediaman kami yang terletak di lantai
lima itu. Seperti halnya orang jepang umumnya, kami pun tinggal di apartemen yang sempit, hanya dua kamar, satu dapur dan satu kamar mandi. Perjalanan dua jam itu baru terasa sangat melelahkan sekarang. “Ini dia dek rumahnya, maaf ya sayang, rumahnya kecil”, Suamiku memulai percakapan.


“Enggak kok Bang, cukup kok untuk kita berdua saat ini,” kataku sembari membalas senyumnya. Kulirik balkon yang terletak di belakang. Seekor burung dara cantik hinggap di pagar balkon kami. Aku melangkahkah kaki kesana, burung itu pun terbang. Kutatap angkasa yang luas di atas
sana. “Inikah Jepang? Negeri yang kupikir begitu modern, megah dan ramai tapi ternyata masih tersimpan banyak keluguan dan kesederhanaan disini. Baru kali ini aku merasa begitu bersyukur telah merasakan semua ini. Baru kusadari waktuku banyak yang terbuang sia-sia tanpa syukur yang penuh arti. Aku lebih memilih naik angkot atau ojek untuk jarak yang dekat daripada mengolahragakan kakiku yang sehat ini. Aku lebih memilih bernyaman-nyaman di dalam Taksi daripada tertampar oleh kabut asap dan bau yang menusuk. Aku lebih senang berdiam diri di rumah daripada mengetahui apa yang terjadi di luar sana. Aku bahkan boleh dibilang tidak peduli dengan ciptaan-Nya yang lain, pohon-pohon di pinggir jalan yang dari hari kehari kian merana karena kepulan asap pabrik dan kendaraan bermotor,. “Astaghfirullah…” batinku memilu. Tanpa sadar pipi ini telah membasah.
Port Island, 12 Mei 2005


Keterangan:
Kirei: Indah
Arigatou gozaimashita: Terima kasih banyak
Futon: Selimut
Rokko-san: Gunung Rokko
Sannomiya Senta Gai/Fukae/Mikage: Nama tempat

Itu Dilepas Bagaimana, Tidak Apa-apa?

Ketika melayari google, aku mendapatkan tulisanku 5 th yang lalu di salah satu situs www.santri.com. Aku sendiri sudah lupa pernah mengirimkannya. 

---
Itu Dilepas Bagaimana, Tidak Apa-apa?
Penulis : Fitri Dwirani

KotaSantri.com : Beberapa minggu lalu, pernah ku bertanya pada suami seperti apa rasanya arubaito (kerja paruh waktu) itu, susah kah? Enak kah? Terbersit ingin juga merasakannya, sekedar menambah pengalaman.
"Sungguh kamu ingin coba? Terus nanti Nami siapa yang jaga?" kata suami pada awalnya.

Menurutku Nami sudah cukup besar untuk dimasukkan ke Hoikushou (nursery class), sekedar hanya 4 jam sehari, 3 sampai 4 hari dalam seminggu tentu bagus juga buat dia bersosialisi dengan teman-teman sebayanya, yang dalam kesehariannya biasa hanya bermain dengan mamanya.

Sebenarnya cukup sering saya membawanya ke taman dekat rumah, sekedar untuk bermain pasir, perosotan dan bertemu dengan teman sebayanya, tapi anakku seringkali tidak mau berbaur dengan teman sebayanya yang baru dijumpainya, paling dia hanya bermain sendiri atau mengajakku bermain bersamanya. Seringkali kudapati dirinya tidak mau berbagi mainan dengan Savith, atau merebut kembali mainannya yang dipegang oleh Savith, seorang anak kebangsaan
India yang sering main ke rumah.

Dulu ketika ia lebih kecil dia sering mendapat perlakuan yang serupa oleh anak-anak Jepang sebayanya ketika sedang bermain di taman, mungkin itulah yang menyebabkan ia berlaku seperti itu pada Savith dan menarik diri dari teman-teman sebayanya saat di taman. Tapi lain waktu, dia bisa akrab sekali dengan Savith dan berjalan berpegangan tangan dengannya.

"Iya, saya pikir bagus juga buat Nami untuk mulai belajar banyak hal," lanjut suamiku.
"Sepertinya tadi ada lowongan arubaito di Koran deh, mungkin cocok juga buat kamu," katanya sambil mencari kembali koran tersebut.

Itulah awalnya kumantapkan niatku untuk mencoba.

***

Dag dig dug bukan main tidak terbilang saat datang pertama untuk mensetsu (wawancara). Aku diminta duduk dibangku paling depan, tidak banyak yang hadir, kira-kira 10 orang saja yang hadir, mengingat banyak formulir kosong tak bernama terletak di meja. Empat puluh
lima menit pertama, waktu berjalan hanya untuk mendengar penjelasan tentang perusahaan, dan jenis-jenis pekerjaan apa saja yang dibutuhkan.

Kemudian ada beberapa formulir yang harus diisi, diantaranya adalah mengisi jenis pekerjaan yang diinginkan dan sedikit tes penjumlahan. Aku tidak bisa menangkap keseluruhan yang disampaikan, hanya sekelebat-sekelebat saja yang bisa ku tangkap, yah apalah yang bisa diharapkan dari seseorang yang masih belajar Buku Kedua Minna Nihon Go. Selebihnya aku hanya berharap semoga mensetsu ini segera berakhir.

Akhirnya tiba juga waktunya menyerahkan formulir yang telah diisi dan tes penjumlahan yang telah kukerjakan. Lalu petugas meminta datang kembali 3 hari lagi untuk wawancara selanjutnya dengan menyertakan beberapa dokumen yang diminta. Kusampaikan terima kasih dan segera berlari menuju suami dan anakku yang telah menunggu di luar.

"Wahh MURI MURI!" kataku pada suami.
"Aku ngga bisa menangkap penjelasan mereka, bahasa yang dipakai mereka itu loh..., lain!" kataku sedikit pesimis.
"Hehehehe," kikik suamiku.
"Yah ngga pa pa,
kan jadi pengalaman berharga buat kamu...," kata suamiku.
"Ya," jawabku lemas.

Sesampainya di rumah, sekitar sore hari, tiba-tiba ada telepon dari petugas wawancara tadi, sekedar memastikan dokumen-dokumen apa saja yang harus dibawa nanti. Setelah telepon ku tutup, aku memandang keheranan pada suamiku.

"Ngapain yah ditelepon?" kataku bertanya-tanya keheranan.
"Mungkin cuma mastiin nomor telepon kali yah kak," kataku menjawab sendiri pertanyaanku.
"Yah mungkin juga memang mereka butuh orang asing yang bisa berbahasa inggris,
kan tahun depan bandara di dekat sini akan beroperasi, pasti departemen store nya akan ramai juga dengan orang asing," kata suamiku membesarkan hatiku.
"Masak sih?" timpalku.
"Haikkk, Ganbarimasu!" suami menyemangatiku.

***

Waktu dua hari ku pakai untuk mempersiapkan dokumen yang diminta, tidak banyak, hanya fotokopi ktp, paspor, foto, dan mengisi formulir lamaran pekerjaan yang dapat dibeli di kombini, tinggal isi saja, persis lamaran kerja di
Indonesia. Ku isi biodata diriku, dan saat masuk pada kolom kemampuan yang dimiliki, ku tulis disana bahwa aku bisa berbahasa Inggris.

Tibalah harinya, tak
kan ku lupa, hari itu Rabu 26 Oktober 2005. Aku tiba 10 menit lebih awal dari jam yang telah ditentukan. Aku diterima dengan baik, menyerahkan formulir dan duduk, siap menjawab pertanyaan yang diajukan.

"Fitori dowirani des ne...," katanya mengeja namaku.
"Haik, so desu," jawabku
"Rumahnya dekat dari sini?" katanya.
"Ya dekat, sekitar 10 menit dengan jalan kaki," kataku.
"Apakah Anda selalu mengenakan itu," dia menunjuk ke kepalaku dan sambil memperagakan dengan tangannya.
"Oh ini," aku memegangi jilbab yang menutupi rambutku.
"Ya," kataku.
"Jika nanti mulai kerja, itu dilepas bagaimana, tidak apa-apa?" kata petugas itu.
"Dame desu ka?" katanya lagi.
Aku terdiam, sedikit kaget dengan pertanyaanya.

"Unn, Dame desu..." kataku pada akhirnya. Terlontar sudah.
"Ohh begitu, Sore wa ichiban mondai des ne..." katanya.
"A so des ka?" aku balik bertanya.
"Jika itu dilepas, maka orang-orang akan merasa aman," katanya kembali.
"A so des ka?" ingin rasanya bibir berucap "Naze?" padanya, tapi akhirnya aku lebih memilih diam.
"Ya begitu, kami memohon maaf tidak dapat memperkenankan hal itu," katanya.
"Kami mohon maaf," katanya kembali.
"Iie, wakarimashita."
"Arigatou gozaimashita," kataku menutup pembicaraan.
Kuletakkan formulir yang telah ku bawa di meja itu.

Aku menghambur keluar menemui suami dan anakku.
"Gimana?" kata suamiku antusias.
"Yuk pulang!" timpalku.
"
Ada apa?" suamiku penuh tanda tanya.
"Mereka memintaku melepas jilbabku." jawabku.
"Ya sudahlah." sahut suamiku.

Tanpa sadar, pipi ini sedikit basah, bukan karena tidak diterima. Kegagalan adalah hal biasa terjadi padaku. Tapi lebih karena keberadaanku dengan jilbab rupanya memberikan rasa tidak nyaman pada banyak orang, setidaknya pada orang-orang di perusahaan itu, rupanya memberikan rasa takut pada banyak orang. Yah wajar saja hal itu terjadi di negeri yang tak beragama seperti Jepang, bahkan di negeri seperti
Indonesia yang mayoritas muslim pun seringkali syarat lepas jilbab masih disyaratkan secara tersirat.

Tiba-tiba pikiranku pun jadi melayang pada 10 tahun yang lalu, dimana kuputuskan diriku mengenakan jilbab, setelah waktu yang cukup lama akhirnya mamaku menyetujuinya.
"Jilbab hati itu yang penting," kata mamaku.
"Kalau setelah berjilbab tingkah lakumu tidak berubah tidak ada artinya," katanya mengingat kebiasaanku yang suka sekali berenang atau pergi ke bioskop.

Ahhh... Hari ini keimananku diuji. Ku bersyukur telah mengatakan tidak pada orang itu. Ku bersyukur terlahir sebagai seorang muslim. Dan aku selalu bangga menjadi seorang muslim. Tak
kan kupertukarkan jilbabku hanya untuk kesenangan dunia, atau apapun itu, mudah-mudahan tidak. Ku ingin anak gadisku kelak juga mengenakannya sebagai bagian dari identitasnya sebagai seorang muslim.

Angin musim gugur pagi itu menjadi terasa lebih dingin dari biasanya. Kurapatkan kembali jaket biru yang membalut tubuhku. Aku merasa seperti telah lulus, lulus dari suatu kemenangan yang besar. Kupegangi tangan suamiku sambil menyusuri jalan kecil menuju rumah kami.

Ya Allah, Jangan Engkau gelincirkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk pada kami. Sesungguhnya Engkaulah Maha pemberi (Karunia). Aamiin... (QS. 3 : 8).

Keterangan
Arubaioto : Kerja paruh waktu.
Mensetsu : Wawancara.
Hoikushou : Tempat penitipan anak.
Minna Nihon Go : Nama judul belajar bahasa Jepang.
Haik, Ganbarimasu! : Ungkapan untuk semangat.
Muri : Mustahil.
Haik, so desu : Ya, benar.
Dame des ka? : Tidak boleh kah?
Unn, dame desu : Ya, tidak boleh,
Sore wa ichiban mondai des ne : Hal itu adalah masalah utama.
A so des ka? : Oh begitu kah?
Naze? : Mengapa?
Arigatou Gozaimashita : Terima kasih.

Asaku

Ya Allah Ya Rabb
Kurindu kumandangMu
Kala Fajar kan menyingsing

Ya Allah Ya Rabb
Kurindu kumandangMu
Kala Mentari kan tenggelam

Ya Allah duhai kekasih Rasul
Kulantunkan syukur dan asa penuh harap
Dalam pagi kian menghangat
Dalam petang kian melambat
Dalam malam kian memendek

Duhai Rabb Kekasih Orang-orang beriman
Airmata ini bersimbah
Kala cobaan datang menghampiri
Asapun kian singkat
Kala Kebahagiaan datang menyapa
Ku malu...
Ku kecil...
Atas rahmat yang tanpa henti
Membanjir menghampiri
tapi diri ini tak jua berhenti
Dapatkah Syurga mu kutempati?
Dapatkah Hauramu menemani?

Ya Allah Rabb Maha Penyayang
Kasihi kami,
Dekatkan kami,
Cintakan kami,
Pada Sekeliling kami yang membawa
Cinta dan thougut padaMu
Perbaiki diri satu demi satu
Hingga datang harinya
Manusia berkumpul menjadi satu
Menunggu datangnya pengadilan
Untuk mendapatkan JannahMu yang tertinggi
yang mengalir sungai susu
yang beraroma kesturi
yang berpasang-pasangan
Didampingi dayang-dayang
Menjadi tigapuluh tiga usia
Tua jadi muda
Anak-anak jadi dewasa
Rengguk puas tanpa batas dan henti
Sungguh Ya Rabb...,
Kumau itu menghampiriku...
---
Just memory, Port Island, 21 Juni 2005

Puisi Cinta


Puisi ini dikirimkan dari  suami tercinta, 7 th yang lalu. Masih inget ngga yah dia sama puisi ini??? Aku namakan Puisi Cinta.
 
Manusia tidak dapat menuai cinta sampai...
Ia merasakan perpisahan yang menyedihkan, dan,
yang mampu membuka pikirannya,
merasakan kesabaran yang pahit, dan,
kesulitan yang menyedihkan.

Kekuatan untuk mencintai adalah,
Anugerah yang terbesar
yang diberikan Tuhan kepada manusia,
sebab kekuatan itu tidak akan pernah direnggut
dari manusia penuh berkat yang mencinta.

Cinta yang terbatas menuntut rasa memiliki dari sang kekasih,
tetapi,
Cinta yang tidak terbatas,
hanya menuntut dirinya sendiri.

Untuk Cintaku, Fitri.
----
Posted by fitridwirani

Rabu, 22 September 2010

Pelukan itu...

"Sini Nanami," kataku pada anak perempuanku satu-satunya itu.
"Sini...", desakku lagi. Antara enggan dia pun menghampiriku. Aku suruh dia duduk di pahaku. Tanpa dia sadari kupeluknya erat dalam dekapanku. Dia keheranan karena tak biasa. Kupeluk lebih erat lagi sambil kugoyang2kan ke kanan dan kiriku. Diapun tak menepis, sambil tersenyum malu-malu bahasa tubuhnya pun melakukan hal yang sama. Dia membalas pelukanku. Lalu kucium pipinya yang kemerah2an itu, kucium dan kucium lagi... dia pun tersenyum lebar dan dibiarkannya mamanya menyiumnya dengan bertubi-tubi.
"Nanami sayang sama mama...", ucapnya lirih. Duhh, kata2 yang keluar dari mulutnya yang mungil itu menggetarkan kalbuku. Aku bertambah erat lagi memeluknya.

Entah ada angin apa aku ingin memeluknya. Spontan saja. Aku ingat dia tampak letih mengerjakan kerja rumah dari sekolah. Aku hanya ingin menyenangkannya.
Si Abangpun jeouleus melihat adegan kami yang mesra. Chiyo juga...chiyo juga, rajuknya seraya minta didukung di sisiku yang lain.
"Ayo sini...." Kucium chiyo sama seperti aku mencium kakaknya. Chiyo pun geli. Dia ngga mau. Diapun turun sambil mengusap2 pipinya yang basah.

Ahhh, kalau diingat2 kapan kali terakhir aku memeluknya seperti ini? rasanya sudah lama sekali aku tidak lagi melakukannya. Seolah-olah dia sudah tidak memerlukan lagi dekapanku, pelukanku. Pikirku. Aku begitu naif. Semua pelukanku, ciumanku seakan-seakan semuanya milik si kecilku, adul.
"Maafkan mama ya Nami...", batinku berkata sambil kuberjanji aku akan memperbaiki diriku, menjadi ibu yang menyenangkan bagi anak2-anakku. Semoga saja..
---
Dengan penuh cinta untuk kalian semua.

Selasa, 21 September 2010

Mama, ini bacanya apa?

"Mama, ini bacanya apa?" tanyanya sambil menunjukkan padaku satu kanji dalam bahasa cina yang dia tidak paham.
"Hmmm, mama juga ngga tahu... kamu tahu ngga artinya?  kalau kamu tahu artinya, kita boleh cari di mbah google cara bacanya", kataku pada si sulung Nanami.
"Ayo ma kita cari, itu artinya bersih", katanya dengan semangat sambil membuka laptop.
Langsung saja aku layari www.mandarintools.com. Dari sinilah aku boleh bantu anakku belajar setidaknya aku boleh bantu dia cari tahu arti dan cara bacanya.
 "Itu itu..." dia begitu senang sekali boleh menemukan arti dan cara bacanya.
"Ya sudah kerjakan sana..."
Aku bangga padanya karena dia mempunyai semangat belajar yg tinggi. Sering sekali aku katakan padanya untuk tidak malas belajar bhs cina, untuk belajar 2x lebih banyak dari teman2 cinanya jika ingin berjaya.
"Mama, aku ingin rangking 1", katanya lagi.
"Kalau begitu belajarlah yang rajin..." kataku mengakhiri percakapan kami.

Sebagai ibu tentunya aku ingin anakku berjaya. Tetapi buat saya pribadi, segala sesuatunya haruslah berimbang antara otak kanan dan otak kiri. Kepandaian seseorang buat saya bukanlah diukur dari seberapa pandai ia dalam math or science misalnya. Tetapi otak kanan boleh juga diasah selagi dini. Seni music, tari ataupun melukis boleh menjadi pilihan favorit mereka. Saya pernah baca bahwa keberhasilan dan kesuksesan seseorang di kemudian hari banyak dipengaruhi oleh 70% keberhasilan otak kanan. Selain itu mungkin ada faktor EQ yang juga turut berperan. Hubungan sosial dengan makhluk lain! Adakah kita mempunyai hubungan sosial yang baik dengan kawan, jiran kita? Pekakah diri kita atau pedulikah diri kita manakala melihat orang lain susah? Walau genius sekalipun tidak akan bermakna manakala kebijakannya (kepandaiannya) tidak memberikan manfaat bagi orang lain dan dirinya sendiri serta persekitarannya. 
Alhamdulillah disini banyak sekali pertandingan2 mewarnai, pidato atau pun bercerita di tingkat sekolah. Saya senang sekali beberapa kali Nanami dapat ambil bagian dalam pertandingan2 itu. Bukan menang sebagai prioritas utama melainkan untuk mengasah keberaniannya dan menumbuhkan rasa percaya dirinya. Kalau ternyata menang dan mendapat hadiah itu adalah bonus tambahan yang sangat menyenangkan...
Satu lagi kerjaan rumah bagi kami selaku orangtua agar dia menjadi sosok pribadi yang kami harapkan. Semoga kami dapat mendidik anak2 kami dengan kasih sayang dan bukan dengan kekerasan. Saya tidak ingin menjadi sosok ibu yang ditakuti dan dibenci satu hari nanti. Seorang anak adalah ibarat sehelai kain sutera, manakala kain itu terkoyak walaupun dijahit kembali tetap masih ada kesan. Saya masih sangat percaya jika anak kita kerasi maka dia akan jadi keras, jika kita sering berkata lembut maka dia akan menjadi lembut hati, jika anak sering kita takuti maka ia akan jadi penakut, dan jika kita sering marahi maka ia akan menjadi sosok yang mudah pemarah, dan jika kita sering mengkritiknya maka ia akan menjadi sosok yang mudah tidak percaya diri. Wallahu Alam.

Disetiap langkahmu, doa mama selalu untukmu nak...