Sepatah Kata

SEPATAH KATA SEMANIS KURMA...

Seperti halnya kereta dengan gerbong-gerbongnya yang panjang, kehidupanku pun demikian. Diantara gerbong-gerbong hidupku mungkin ada kamu--my beloved family, my dearest friend yang membuat kereta kehidupan-ku menjadi penuh arti dan sesak dengan canda dan tawa. Untuk Cintaku, aku akan selalu menemanimu dan terus mendukungmu sampai kapanpun, sampai bila-bila, dan untuk keluargaku nun jauh di Indonesia (Jakarta dan di Lampung) one day we will meet again I promise, dan untuk sahabat-sahabatku tetaplah jadi temanku yang selalu menemaniku anytime anywhere.

Kereta kehidupan akan bertutur tentang diriku, dan kehidupanku disini, di negara yang masih baru bagiku Malaysia, di sebuah negeri yang terkenal dengan pantai timurnya, dengan hutan tropikalnya yang cantik, serta laut-lautnya yang tetap dibina semula jadi (natural), yah negeri Pahang Darul Makmur dengan bandar (ibukota) Kuantan, bersama suami dan anak-anakku tercinta.

Dan untuk teman-teman dunia mayaku yang baru aku kenal, salam kenal ya... mudah-mudahan kita bisa menjadi teman juga ya... *_^


Daisypath Anniversary tickers

Minggu, 23 Januari 2011

Hohoho Adul...

Adul sekarang udah 10 bulan jalan 4 hari. Ihhh udah gede ternyata. Cepat sekali waktu berlalu. Rasanya baru kemarin aku timang-timang...sekarang udah mau jalan. Giginya dah 7 buah, 4 diatas, 3 dibawah berbaris di depan. Tambah lucu jadinya. Paling seneng tendang bola dan banting2 apa aja yang bisa dibanting. Kalau senyum manis sekali, kalau tertawa lucu sekali. Udah pintar tepuk tangan, sekarang tambah lagi dah pintar bye bye. Kalau mau makan bilang mam mam. Apalagi kalau papanya bilang tak boleh, Adul akan geleng-geleng kepalanya. Jadi mirip orang India dengan goyangan di kepalanya. Hehehe...Copy-paste deh pokoknya!!

Cepat besar ya Dul...
---
Catatan mama ttgmu .

Jumat, 21 Januari 2011

Digigit Amirul Hakim!

Hari itu hari Jum`at. Di hari itu sajalah suamiku biasanya membawa kereta (mobil) sendiri ke pejabat (kantor). Hari itu dia (suamiku) menyempatkan diri untuk mengantar Ichiro ke tadika (tk).  Ichiro nampak senang sekali manakala tahu siapa yang akan mengantarnya pagi itu.
Selepas mengantarkan Ichiro dari tadika, suamiku kembali lagi ke rumah untuk sarapan pagi. Sambil makan suamiku menyampaikan bahwa Ichiro sudah punya kawan sekarang. Hatiku pun senang mendengarnya. Seingatku dia hanya punya seorang kawan yang sering disebut-sebut dalam percakapan kami sehari-sehari, siapa lagi kalau bukan anak dari sahabatku, Farhan. Sebenarnya Ichiro anak yang mudah bergaul, cuma agak cuek sedikit.
---
Senja hari ketika suamiku balik dari pejabat, dia memanggil Ichiro. Ichiro tengah asyik memandang ke layar televisi.
"Ichiro, sini dulu, dekat dulu sama papa, cerita dulu sih siapa temannya yang manggil-manggil Ichiro tadi pagi di sekolah?" tanya suamiku pada jagoanku yang telah menginjak 4 th itu.
"Teman chiyo lah pa..."
"Iya siapa temannya? tahu ngga namanya?" Penasaran rupanya suamiku.
"Tahu..." katanya sok tahu.
"Namanya itu Amirul Hakim!" ucapnya setengah cadel.
"Oh, Amirul Hakim..."
Aku yang duduk di sebelah jadi teringin juga bertanya.
"Amirul Hakim tu macam mana orangnya? besar ke kecil?"
"Kecil macam iyo ma" katanya . Hihihi anakku mendriskripsikan dirinya kecil toh!.
"Oh, gitu..." kataku.
"Tadi kenapa lari-lari di dalam kelas, emang ngga dimarahin sama cikgu?" tanya papanya.
"Tak lah..." ucapnya penuh percaya diri.
"Itu loh Pah, biasanya cikgunya lagi ngajarin IQRA sama murid-murid lain dulu, makanya dia bisa lari kesana-kemari..." aku mencoba menjelaskan situasi yang biasa terjadi di tadikanya.
"Itu yang ngantri-ngantri tuh sedang apa?" tanya suamiku lagi. Rupanya dia melihat sebagian murid mengantri dalam barisan.
"Yah itu murid-murid yang ngantri untuk baca Iqra" kataku. Nah yang belum dapat giliran itu yang suka ribut sendiri. Termasuk anakku, hehehe.
"Padahal cikgunya banyak loh, pada ngapain yah? Pertanyaan retorika yang tak perlu dijawab.

Kembali lagi kami ke Ichiro.
"Terus kawannya siapa lagi dong selain Amirul Hakim?" tanyaku ingin tahu.
"Ngga tahu namanya..."
"Gimana sih Ichiro ni punya teman kok ngga tahu namanya," celotehku.
"Tadi..., chiro digigit sama Amirul Hakim!" celotehnya tiba-tiba. Hah??
"Apanya yang digigit?" Kaget aku.
"Tangan chiro ni..." sambil menunjukkan telunjuk kanannya ke aku.
"Sakit ngga?"
"Sakit, tadi chiro nangis di sekolah..." Hahh lagi dehh. Kok ngga bilang dari tadi sih Nak...
"Terus Amirul Hakimnya dimarahin dong sama cikgu?" tanyaku penasaran.
"Ngga...,"
"Kok ngga?"
"Chiro ngga bilang..."
"Emang cikgunya kemana?"
"Tak ada cikgu pun..., mah, mah.., soalnya mah, chiro ni..., ngga kasih tahu lah sama cikgu..." Celotehnya lucu. Hihihi baiknya anakku. Cuma heran aja kemana semua cikgu sampai anakku nangis aja ngga denger. Issh.
Suamiku pun jadi tertawa mendengarnya. Aku jadi sewot sendiri sama suamiku. Hahaha.
"Pada ngegosip kali cikgunya..." canda suamiku.
"Eh, udah dicuci belum jarinya yang digigit tu...kan bau..." candaku sambil mengernyitkan hidungku tanda bau.
"OHH, iya lah...bau..." katanya sambil menyiumi jarinya sendiri. Hihihi itu mah karena kamu udah kebanyakan main dari tadi siang, yah jelaslah bau!! 
"Chiro mau cuci tangan dulu..." celotehnya sambil berlari ke tandas (wc).

Hahaha kami berdua (aku dan suami) jadi terkikik-kikik dibuatnya senja hari itu. Entah kejutan apalagi yang dibuatnya esok. Mudah-mudahan kejutan yang baik. I Hope so.

---

Rabu, 19 Januari 2011

be be jadi BIBI !

Seperti biasa, satu rutinitas baru menambahi deretan pekerjaanku sebagai suri rumah (ibu rt) apalagi kalau bukan menjemput Ichiro pulang dari sekolah di Tadika Al-Banna dekat rumah. Sebenarnya usianya baru menginjak 4 th, hanya saja karena tahun ini usianya akan 5 th maka diapun sudah boleh masuk sekolah di tadika (setara dengan taman kanak2 TK A).

Tapi hari ini aku begitu letih sekali setelah pulang dari sekolah kakaknya di sekolah SJKC (Sekolah Jenis Kebangsaan Cina) untuk menengoknya sejenak pada jam istirahat. Hal yang biasa aku lakukan pada sulungku seminggu sekali. Teringin sekali sebenarnya bisa menengoknya tiap hari pada jam rehat sekitar pk.10 pagi dan mengantarkan makanan panas untuknya seperti halnya ibu2 cina dan ibu2 melayu disini.

Aku pulang ke rumah sebelum waktu pulangnya Ichiro maksudku tadi aku akan langsung ke sekolahnya Chiro, tapi kemudian aku memutuskan untuk langsung balik ke rumah saja. Rasa lapar membuatku lemas rasanya. Baru teringat kalau ternyata tadi aku belum lagi sarapan. Biarlah kali ini aku minta tolong Bibi untuk mengambilnya di tadika.

Dengan seragam hijaunya dan peci hitam bermotif songket orange kemerah-merahan itu dia memasuki gerbang rumah dengan senyumnya yang mengembang, sebuah senyuman yang nakal terkadang. Sambil melepaskan sepatunya, kuwarkan diri melepaskan beg sekolah dan beg makanan yg menggantung di lehernya dan bahunya itu.

"Hi sayang, assalamualaikum...." sapaku padanya saat masuk ke dalam rumah.
Dia tidak langsung membalas sapaku.
"Eh, jawabnya apa dong kalau ada salam?" kataku.
"Waalaikumsalam...," balasnya dengan kata2 yang belum jelas. Hihihi lucu kalau dia jawab.
Tadi belajar apa di sekolah?" sambil ku buka baju seragam hijau yang begitu serasi di badannya yang putih itu.
"Tadi belajar  e mah (bunyi dalam alphabet english), mama ajarin chiyo ya..."

Dia langsung mengambil selembar kertas dari dalam begnya dan menunjukkannya kepadaku. Nampak selembar kertas putih kosong dengan hanya 1 huruf e saja menghiasi kertas yang dibawanya itu. Aku menerima kertas itu darinya.

"Ohhh tadi  kamu belajar e yah? bisa nulisnya?"
"Tak...iyo tak bisa...." lanjutnya cepat.
"Mama tulis dulu disini...," sambungnya lagi.
"Ok ok, mama tulis disini ya, nanti iyo coba tarik garisnya ikutin garis putus-putus yg mama buat..."

Aku kemudian menulis huruf e besar-besar dalam garis putus-putus supaya dia mudah mengikutinya. Maklumlah ini kali pertama dia mencoba menulis sebuah huruf.  Susah sekali nampaknya untuknya menarik garis permulaan  yang berawal dari kiri kearah kanan itu dan kemudian menarik balik ke atas, ke arah yang berlawanan sehingga membentuk setengah lingkaran dari sebuah huruf e.

"Eiiitts, kamu mau ngapain?" aku melihatnya beranjak dari kursi dan kini posisinya berada  disamping buku tulisnya. Oooo, rupanya dia mau narik garis. Kekekek.
"Nulisnya ngga boleh pindah-pindah, duduk situ yang rapi, bukunya juga jangan diputar-putar..." perintahku.
"Tapi iyo ngga bisa nulisnya..." sambil memasang muka masam.
"Bisa...Ichiro pasti bisa...Chiro nulisnya pelan-pelan jangan buru-buru tarik garisnya, ikutin garis putus-putusnya." kataku.

Selama setengah jam dia pun asyik menuliskan huruf e kecil dalam bukunya, beberapa lembar halaman buku tulisnya ditandai dengan huruf e yang seperti ceker ayam itu. Hmmm walau begitu usahanya patut dihargai.

"Nah..itu iyo bisa, pandai..." kataku seraya memuji tulisannya
"Bagus ngga ma?"
"Bagus....tapi nulisnya jangan kecil-kecil, besar lagi cantik,"

Dia pun menambah lagi beberapa huruf e ke dalamnya. Kemudian dia melukis sebuah huruf baru. Sebuah huruf b.
"Huruf apa itu?"
"b!!" ucapnya spontan.
"Di sekolah diajarin huruf b juga?" tanyaku.
"Kalau huruf b buat dulu tongkatnya yang panjang, terus baru perutnya di bawah...," kataku mencoba menterjemahkan karakter dari huruf b.

Sayapun mencontohkan huruf b pada halaman kertas yang baru. Diapun mulai menulis beberapa huruf b. Sepertinya huruf b lebih mudah ditulisnya dibandingkan huruf e.
"Tongkatnya panjangin dikit dong..., nanti dikira huruf a lagi." kataku.
"Oo..iye...,"
Kemudian dia memanjangkan tongkatnya, tapi kali ini kepanjangan. Terkadang perutnya juga terbalik sehingga menjadikannya huruf d. Hahaha hayo nak yang semangat!..
"Ma, mana yang bagus tulisan iyo ni..." katanya sambil memamerkan beberapa huruf b kepadaku.
"Hmm, yang mana ya, yang ini kali..."
"Bukan ma, yang ini," katanya sambil menunjukkan ke salah satu huruf b yang menurutnya cantik. Hehehe...buatku sih sama saja...
"Oh iya ya...yang ini lagi cantik...." pujiku.

Tiba-tiba dia menggabungkan huruf b dan e menjadi satu suku kata be. Kemudian dia menambah lagi suku kata be yang kedua disamping be yang pertama.

"b e b e...BIBI!! jadi bibi mah..." ucapnya spontan. Dia merasa senang sekali bisa menulis kata bibi. Dan aku jadi bengong sendiri mendengar ucapnya.
"bukan nak...itu bacanya BEBE, bukan BIBI..."
"mama, ini kan b e b e jadi bibi dong..." katanya protes. Hehe bener dia sih tapi ini konteknya dalam bahasa melayu jadi pengucapannya dalam kalimat yah menjadi BE.

Waduhhhh yang aku pikirkan benar terjadi. Dia pasti akan bingung dengan penjelasanku. Aku juga jadi bingung bagaimana mengajarkannya soalnya di Malaysia, alphabet abc disebutkan/dibunyikan dalam bahasa inggris jadi semisal mengeja ba bunyinya menjadi bi e BA.


"Ya sudah, pergi makan dulu ya, nanti lanjut lagi latihan nulis b dan e nya yang banyak., ok?..." kataku pada akhirnya.

Saya teringin mengajarkannya dalam lafal bahasa Indonesia seperti halnya saya mengajarkan kepada sulung saya waktu seumur dia. Tapi saya khawatir nanti dia akan bertambah bingung krn di sekolah dan di rumah berbeda.. Ya sudahlah...biarkan saja dulu...,  saya lihat dulu bagaimana cikgu disini mengajarkannya. Ada masanya nanti ketika dia sudah agak besar, dia akan bisa membedakannya sendiri.

Doa mama untuk kamu sayang...selalu!
---
(Mama selalu berdoa semoga Ichiro jadi anak pandai dan baik sama kawan....amin)

Rabu, 12 Januari 2011

Tepuk tangannya mana...?

Ini tentang Adul.
Si bontotku Abdullah Aidil Agung, atau Adul panggilan kesayangan kami padanya kini telah menginjak hampir 10 bulan. Sudah banyak tumbuh kembangnya. Giginya sudah 7 sekarang dan sudah pandai berdiri sendiri, lalu berjalan perlahan menyusuri tepi di setiap perobatan rumah kami.

Sekarang sudah tidak lagi seperti baby, melainkan seperti kanak-kanak yang juga punya banyak keinginan. Kepandaiannya yang bikin kita letih bukan kepalang apalagi kalau bukan menjatuhkan semua isi perabot rumah yang mudah digapainya... Gubrakk!!! atau keinginannya untuk masuk ke dalam fridge membuat kami kewalahan rasanya dan terpaksa menyeretnya kembali ke tempat asalnya. Hehehe...mungkin dia heran kenapa orang-orang dewasa senang sekali buka tutup kulkas. Hehehe. Dan jika pintu kulkas terbuka dia akan berlari dengan cepat (maksudnya merangkak dengan cepat). Dingin ya nak di dalam...

Rumput tetangga lebih indah dipandang --kita mungkin sudah seringkali mendengar peribahasa itu. Siapa sangka dia juga lebih tertarik dengan mainan dan barang-barang milik saudara-saudaranya (kakak dan abangnya), bahkan dia tidak tertarik sama sekali dengan mainannya sendiri, padahal mainannya sengaja dibelikan untuknya. Hikkkss.


Belajar sambil bermain. Yah memang itulah yang dilakukan oleh seluruh ibu di dunia saat mengajarkan komunikasi pertamanya. Adul pun sekarang sudah pandai tepuk tangan dan salaman (dengan membawa tangan saya ke arah mulutnya, senangnya daku...), tapi sayangnya dia hanya mau melakukan cium tangan ini hanya sama saya. Untuk papa dan bibi: jangan ngiri ya kalau Adul belum mau cium tangan sama kalian hehehe... Si papa ngga mau kalah, diapun mencoba melambaikan tangannya sambil berkata bye bye...bubye Adul...  sayangnya, lagi-lagi Adul masih terbengong-bengong melihat aksi si papa. Hahaha ya jelas sayang dia masih belum balik respon kan baru sekali ngajarinnya, harus diulang-ulang dong biar dia hapal....

Apalagi kalau abang sedang bermain sepak bola di dalam rumah, selalunya aku suruh tepuk tangan....dan adul pun akan tepuk tangan seperti yang aku tirukan padanya...dan abangpun jadi senang karena merasa tendangannya kerennn...Hahaha.

Apalagi kalau bibi sudah merentangkan kasur lipat untuk Adul, saya akan berkata bobo yuk...., dan dia seketika merebahkan kepalanya di atas kasur lipatnya itu. Kami jadi cekikikan dibuatnya.


Sayangku Adul, cepat besar ya Nak....jadilah anak yang sholeh dan pandai.
---

Benar ke anak kandung?

Gemas melihat si kakak yang membutuhkan waktu lama untuk menghabiskan makanannya. Seringkali akhirnya akulah yang ambil alih untuk menyuapinya. Padahal aku masih lagi harus menyuapi si abang, adeknya yang berada 3 tahun di bawahnya. Lama-kelamaan kebiasaan tidak mandiri itu menjadi kebiasaan rutin yang aku jalani sehari-hari. Begitupun dengan acara mandi, seharusnya dia sudah bisa mandi sendiri, tetapi seringkali aku juga harus turun tangan untuk memastikan badannya disabun. Terkadang dia pun sengaja melalaikan dari kewajibannya untuk menggosok gigi. Dasar anak-anak!!

Hari itu, masih dalam rendaman air hangat saat mandi sore di petang hari itu, si kakak bertanya sesuatu yang mengejutkanku.
"Mama, aku ini anak kandung apa anak angkat?"aku tersentak dengar pertanyaannya tapi aku coba untuk mengawal diriku.

"Jelas Nanami anak mama, Nanami kan keluar dari perut mama..., jadi namanya anak kandung..."
"Benar ke anak kandung?"
"Iya dong.., Nanami anak mama dan papa...", kataku.
"Kenapa Nanami tanya begitu?" kataku balik tanya.
"Tadi di sekolah belajar anak kandung, anak angkat, anak tiri, anak buah, dan anak emas....", katanya mencoba untuk memberi penjelasan.
"O...begitu...", kataku.
"Tapi... Nanami bukan anak emas...", ucapnya pelan.
"Anak emas itu kan berarti anak kesayangan, siapa bilang Nanami bukan anak kesayangan mama? Nanami kan anak perempuan mama satu-satunya, jadi anak kesayangan mama dong..., ya kan?"
"Nanami, Ichiro dan Adul semuanya anak kesayangan mama..." senyumku pada si kakak yang telah menginjak darjah 2 itu 

Senyumnya mengembang sejurus mendengar penjelasanku. Aku pun rasa senang sekali melihat senyumnya.  Sembari menggosokkan badannya aku pun kemudian menjelaskan pengertian itu semua. Mudah-mudahan dia ngga salah persepsi dengan penjelasanku.

Malam harinya ketika hendak pergi tidur, aku memberitahu kepada suamiku pertanyaan yang ditujukan padaku tadi petang.. Dan Nanami pun mengulangi pertanyaan yang sama kepada papanya.

"Nanami itu anak kandung papa dan mama karena Nanami mirip dengan papa dan mama...," jawab papanya.
"Iya ke?" keraguan masih bersemat di hatinya rupanya..
"Iyalah...misalnya nih Farhan tinggal sama kita, nah mirip ngga Farhan sama papa dan mama? ngga kan, karena memang Farhan bukan anak kandung papa dan mama, tapi..., Farhan mirip dengan Pak Gigih dan bu Gigih karena Farhan itu anak kandungnya Pak Gigih dan Bu Gigih...", jelas suamiku membawa-bawa anak orang sebagai perumpamaan..
"Nanami kan mirip sama mama...", tambahku lagi.
"Lihat warna kulit kita sama, muka Nanami juga mirip sama Mama, cantik kita juga sama iya kan...?" lanjutku.
Kulihat dia tersenyum malu-malu seraya menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Tapi, mama ngga cantik kok waktu masih muda...."
Papa tertawa cekikikan mendengan responnya yang polos.
"Iyalah..., mama ini tak cantiklah...., sudah sana pergi tidur, nanti terlambat bangun...", kataku mencoba mengakhiri percakapan kami malam itu.

Ahh Nanami, ada-ada aja pertanyaanmu. Mudah-mudahan kamu puas dengan jawaban mama dan papamu.

----

Senin, 10 Januari 2011

Bumi itu Bulat!

Sehari-hari kehidupanku kulalui dengan suka cita dan gemas karena tingkah-polah yang nakal dari ketiga buah hatiku. Ada-ada saja yang dibuat mereka yang bikin biji mata ini seakan mau loncat keluar. Tapi kebanyakan dari tingkah laku mereka justru membuatku terpingkal-pingkal dibuatnya.

Hari itu aku tengah asyik dengan google earth di layar laptopku, kebetulan aku sedang mencari sebuah lokasi di  kawasan Kuala Lumpur. Tiba-tiba masuklah anakku yang nomor dua mengusik keasyikanku.

"Mama lagi apa?" keluar dari mulutnya yang mungil.
"Mama lagi cari peta...",
"Oww, apa itu ma?", sambil telunjuk jari menunjuk ke layar komputer.
"Oh, ini namanya BUMI!" kataku tegas.
"Owww bumi ke...? dengan logat melayunya.

Sebelumnya dalam pandangannya bumi itu berada di atas awan tempat tinggalnya Ultraman. Dan ia ingin sekali pergi ke bumi. Yah aku biarkan saja persepsi itu tohh kalau aku protespun tak ada gunanya, dia akan tetap dengan pendiriannya. Nah sekarang tiba saatku baginya untuk mengetahui yang sebenarnya tentang bumi.

"Iya...ini bumi, bumi itu bulat, tempat tinggal manusia, kita pun tinggal di bumi, nihh yang ini malaysia, dan yang ini Jakarta. ..", sambil jari-jemariku menunjukkan satu persatu ke arah malaysia dan Jakarta.
"Tempat tinggal nenek?"

"Iya, tempat tinggal nenek disini...", kataku membenarkan.
"Owww begitu, kita disini, nenek disini, dan kita terbang naik pesawat ke tempat nenek, ya kan ma....", sambil tangannya bergerak dari malaysia ke jakarta.
"Iya...Nahh..., yang warna biru itu adalah laut, dan yang hijau adalah pulau-pulaunya...", kataku menambahkan.
"Ichiro nak ke tempat Ultraman ma...",
"Ok, sebentar ya...", sambil jari jemariku menuliskan kata Kobe Japan di bagian search.
"Itu ke Jepang? wow bagusnye...", celotehnya. Padahal yang nampak hanyalah bagian atas dari bangunan. Hehehe dasar Ichiro...
"Iyalah ini nampak macam bangunannya ultramanlah....", aku tersenyum sendiri. yo weslah nak...
"Mama, yang warna putih ini apa?" tanyanya.
"Hmmm, yang ini apa ya... salju kali atau awan?"
"Iyah benerlah..., ini saljilah...," (salji artinya salju)
"Jadi, bumi itu di atas awan ngga?"
"NGGA..." katanya kali ini dengan penuh keyakinan.
"Jadi dimana dong?" kataku lagi.
"Bumi itu adanya di atas langit", tambahnya lagi.
"Dan bumi itu tempat tinggalnya manu...", aku sengaja memutuskan kata-kataku.
"sia...", lanjutnya.
"Pinter deh anak mama..." kataku dengan penuh kebanggaan.
---