Sepatah Kata

SEPATAH KATA SEMANIS KURMA...

Seperti halnya kereta dengan gerbong-gerbongnya yang panjang, kehidupanku pun demikian. Diantara gerbong-gerbong hidupku mungkin ada kamu--my beloved family, my dearest friend yang membuat kereta kehidupan-ku menjadi penuh arti dan sesak dengan canda dan tawa. Untuk Cintaku, aku akan selalu menemanimu dan terus mendukungmu sampai kapanpun, sampai bila-bila, dan untuk keluargaku nun jauh di Indonesia (Jakarta dan di Lampung) one day we will meet again I promise, dan untuk sahabat-sahabatku tetaplah jadi temanku yang selalu menemaniku anytime anywhere.

Kereta kehidupan akan bertutur tentang diriku, dan kehidupanku disini, di negara yang masih baru bagiku Malaysia, di sebuah negeri yang terkenal dengan pantai timurnya, dengan hutan tropikalnya yang cantik, serta laut-lautnya yang tetap dibina semula jadi (natural), yah negeri Pahang Darul Makmur dengan bandar (ibukota) Kuantan, bersama suami dan anak-anakku tercinta.

Dan untuk teman-teman dunia mayaku yang baru aku kenal, salam kenal ya... mudah-mudahan kita bisa menjadi teman juga ya... *_^


Daisypath Anniversary tickers

Selasa, 30 Juni 2009

Sekelumit Kehidupan

--Tulisan ini saya penakan sekitar 3 th yang lalu, diambil dari kumpulan coretan saya yang berserakan---

Seringkah kita merasa kecewa, putus asa, merasa gagal dalam hidup ini, dan berfikir Allah tidak berlaku adil krn tidak pernah mengabulkan doa hambanya dan merasa susaaahh saja? astaghfirullah al adzim, mudah2an kita semua dijadikanNya manusia yang patut dan sekali lagi patut berterimakasih atas semua rahmat yang telah diberikanNya, atas semua ujian atau cobaan yang diujikanNya pada hambaNya, yang tak lain mungkin dapat meningkatkan keimanan kita padaNya krn sabar dan berserah diri (pasrah) atas ketetapan tsb, serta dapat mengambil hikmah atas semua ujian dan cobaan tsb.

Ketika suatu hari saya sedang bercakap-cakap dgn suami tercinta mengenai hidup dan kehidupan ini, mengenai berbagai permasalahan yang menghimpit misalnya, suami seringkali berkata begini "Allah itu maha tahu hamba-hambanya, kapan waktu yang terbaik rahmatNya dan doa2 hambaNya itu terkabulkan". Suami saya menyontohkan seseorang yang tengah belajar nun jauh di negeri orang, dgn beasiswa yang terbilang cukup besar, tapi ia tidak dapat menabung sedikitpun karena orang tsb memberikan sebagian besar uangnya utk orangtua dan adiknya yang masih sekolah sehingga ia tidak dapat menabung dan terpaksa berhemat karenanya. Sungguh jika kita mau menangkap hikmahNya, mungkin kedatanganNya utk belajar nun jauh di negeri orang, selain utk menimba ilmu bagi dirinya sendiri, juga menjadi jalan keluar yang diberikan Allah utknya krn dgn beasiswa yang cukup besar itu Ia dapat membantu keluarganya di tanah air. Subhanallah sungguh Allah maha tahu bukan kesulitan hamba-hambaNya dan bagaimana menyelesaikannya tanpa kadang kita sadari Allah telah memberikan jalan keluarnya itu sendiri.

Pernah suatu kali saya mengadu pada suami tercinta ttg si fulan yang bertanya berapa banyak sudah tabungan kami mungkin karena dia melihat kami sudah cukup lama bermukim di negeri sakura ini? Duhai teman, sungguh saya paling tidak suka jika engkau tanyai hal ini. Buat saya pribadi, kecukupan, kenikmatan, kesuksesan serta kebahagiaan tidaklah diukur dari berapa banyak sawah yang sudah kita miliki kalau mau ambil bahasanya si Ngkoh Motomachi hehehe. Bukan, bukan itu teman. Jika pengukurnya adalah materi, maka kami tidaklah punya apa-apa. Si fulan menambahkan jika kami tidak memiliki apa-apa, maka bisa jadi kami kurang berhemat. Saya hanya tersenyum. Bisu. Miris mendengarnya. Ahhh, mungkin ia benar, mungkin saya tdk dapat berhemat. Hemat? tergelitik sekali ingin tahu apa sebenarnya harfiah dari arti kata itu. Menurut saya hemat mempunyai pengertian arti yang berbeda-beda dalam sudut persepsi. Hemat menurut siapa? hemat menurut saya tentu berbeda dgn hematnya presiden bukan? Hemat si fulan yg bertanya pd saya tentu berbeda dgn hemat saya. Yang terpenting adalah menempatkan segala sesuatunya pada sebagaimana mestinya, tidak berlebih-lebihan dan tidak juga sampai menyiksa diri.

Lagi-lagi buat saya, anak yang sehat, suami yang mudah2an lancar dalam studinya, kesehatan yang senantiasa dilimpahkanNya pada kami sekeluarga, kecukupan dan banyak hal lainnya itulah bukti kasih sayangNya. Suami seringkali berkata setiap orang punya masalahnya masing2, terkadang orang lain tidak mengetahui dan tidak perlu tahu ttg hal tsb. Yang terpenting bagaimana kita menjalaninya, menjadi orang yang bersyukur atau tidak. Memberi anak asupan gizi yang baik juga adalah investasi masa depan baginya, dapat menyekolahkan kamu sampai sekarang ini adalah kebahagiaan yang tak pernah saya sesali, katanya. Saya tersentuh.

Target itu sesuatu hal yang penting, tapi jangan sampai kita menjadi buta olehnya, karena jika ternyata target tidak sesuai dgn harapan kita akan merasa sakit hati, kecewa, yang lebih parah bisa membawa keterpurukan iman padaNya, karena bisa jadi kita telah diperbudak olehnya, merasa diri mampu atas segala hal dan menjadi lupa bahwa semua hal yang telah kita lakukan pada dasarnya ada pemiliknya, yang berhak atas segala sesuatunya. Jika Ia berkehendak, harta yang telah kita kumpulkan segunungpun akan lenyap seketika, seperti halnya bencana yang diujikan Allah di Jogja dan di Aceh tercinta yang melenyapkan segala sesuatunya tanpa sisa. Sungguh Allah maha besar, mahu tahu kesulitan hamba-hambaNya, dan jika Ia berkenan Iapun akan memberikan rizkiNya tanpa kita sadari, tanpa kita sangka-sangka, datang dari berbagai arah yang tak kita dapat duga. Percaya deh. Bahwa Allah itu Maha Adil.
Jadi Yukk kita mulai berfikir utk tidak melihat terlalu banyak pada kelebihan orang lain, tapi lebih pada memotensikan diri sendiri dan mulailah berfikir baik sama Allah, berhusnuzon padaNya. Dan jika Allah belum mengabulkan doa kita, InshaAllah Ia paling tahu waktu terbaik bagi hambaNya.

–Tulisan ini lebih utk mengingatkan diri sendiri—
Fitri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar