Sepatah Kata

SEPATAH KATA SEMANIS KURMA...

Seperti halnya kereta dengan gerbong-gerbongnya yang panjang, kehidupanku pun demikian. Diantara gerbong-gerbong hidupku mungkin ada kamu--my beloved family, my dearest friend yang membuat kereta kehidupan-ku menjadi penuh arti dan sesak dengan canda dan tawa. Untuk Cintaku, aku akan selalu menemanimu dan terus mendukungmu sampai kapanpun, sampai bila-bila, dan untuk keluargaku nun jauh di Indonesia (Jakarta dan di Lampung) one day we will meet again I promise, dan untuk sahabat-sahabatku tetaplah jadi temanku yang selalu menemaniku anytime anywhere.

Kereta kehidupan akan bertutur tentang diriku, dan kehidupanku disini, di negara yang masih baru bagiku Malaysia, di sebuah negeri yang terkenal dengan pantai timurnya, dengan hutan tropikalnya yang cantik, serta laut-lautnya yang tetap dibina semula jadi (natural), yah negeri Pahang Darul Makmur dengan bandar (ibukota) Kuantan, bersama suami dan anak-anakku tercinta.

Dan untuk teman-teman dunia mayaku yang baru aku kenal, salam kenal ya... mudah-mudahan kita bisa menjadi teman juga ya... *_^


Daisypath Anniversary tickers

Rabu, 22 September 2010

Pelukan itu...

"Sini Nanami," kataku pada anak perempuanku satu-satunya itu.
"Sini...", desakku lagi. Antara enggan dia pun menghampiriku. Aku suruh dia duduk di pahaku. Tanpa dia sadari kupeluknya erat dalam dekapanku. Dia keheranan karena tak biasa. Kupeluk lebih erat lagi sambil kugoyang2kan ke kanan dan kiriku. Diapun tak menepis, sambil tersenyum malu-malu bahasa tubuhnya pun melakukan hal yang sama. Dia membalas pelukanku. Lalu kucium pipinya yang kemerah2an itu, kucium dan kucium lagi... dia pun tersenyum lebar dan dibiarkannya mamanya menyiumnya dengan bertubi-tubi.
"Nanami sayang sama mama...", ucapnya lirih. Duhh, kata2 yang keluar dari mulutnya yang mungil itu menggetarkan kalbuku. Aku bertambah erat lagi memeluknya.

Entah ada angin apa aku ingin memeluknya. Spontan saja. Aku ingat dia tampak letih mengerjakan kerja rumah dari sekolah. Aku hanya ingin menyenangkannya.
Si Abangpun jeouleus melihat adegan kami yang mesra. Chiyo juga...chiyo juga, rajuknya seraya minta didukung di sisiku yang lain.
"Ayo sini...." Kucium chiyo sama seperti aku mencium kakaknya. Chiyo pun geli. Dia ngga mau. Diapun turun sambil mengusap2 pipinya yang basah.

Ahhh, kalau diingat2 kapan kali terakhir aku memeluknya seperti ini? rasanya sudah lama sekali aku tidak lagi melakukannya. Seolah-olah dia sudah tidak memerlukan lagi dekapanku, pelukanku. Pikirku. Aku begitu naif. Semua pelukanku, ciumanku seakan-seakan semuanya milik si kecilku, adul.
"Maafkan mama ya Nami...", batinku berkata sambil kuberjanji aku akan memperbaiki diriku, menjadi ibu yang menyenangkan bagi anak2-anakku. Semoga saja..
---
Dengan penuh cinta untuk kalian semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar